Buatlah satu cerita yang berjudul baju baru untuk ayah​

Berikut ini adalah pertanyaan dari yjannahmira pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Buatlah satu cerita yang berjudul baju baru untuk ayah​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Malam semakin larut tetapi Sita belum juga tidur, hatinya sedang kesal dan marah.

“Sita ayo tidur…katanya besok mau ada ulangan …” kata ibu.

“Bu Sita beliin  baju baru untuk lebaran ya…?” pinta Sita merajuk.

“Bulan ini kita harus menghemat, masih banyak yang lebih penting dari baju baru. Lagipula, bukankah bulan lalu kamu baru beli baju baru?” jawab ibu.

“Tetapi teman-teman Sita semua punya baju baru. Sita saja yang belum di beliin khusus untuk lebaran kali ini  ibu….”

“Duh, duh anak ibu jangan suka iri hati begitu. Allah tidak suka pada anak yang punya sifat begitu, apalagi ini bulan suci. Kita harus bisa menahan segala hawa nafsu. Nah sekarang sudah malam tidurlah,”  bujuk ibu dengan lembut.

Tetapi rupanya, keinginan untuk memiliki baju baru, belum sirna dari benak Sita.    Dan siang itu seusai pelajaran sekolah, Sita tida langsung pulang ke rumah. Ia ingin jalan-jalan untuk mengobati kejengkelan hatinya. Ketika itulah ia melihat seorang anak perempuan sebayanya tengah asik mengaduk-aduk  sampah.

“Idiih tempat itu kan kotor” kata Sita dalam hati.

“Eh ada anak sekolahan. Kenapa bengong saja?” sapa anak perempuan kumuh dengan ramah. ”Boleh aku kenalan  denganmu?”.Namaku  Aminah… rumahku di…ah, sebaiknya tidak aku katakan.”Siapa nama kamu?”

Sita terkejut. Tetapi, melihat wajah anak dekil kumuh yang ramah itu ia mau menjawab juga.

“Namaku Sita, rumahku disana” jawab Sita sambil menunjuk ujung jalan.

“Wah tentu hidupmu senang, ya!” kata Aminah melanjutkan pembicaraan.

“Ah tidak juga,  lebaran kali ini saja aku tidak punya baju baru dan ibuku menolak untuk membelikan,” jawab Sita.

“Kalau kamu sendiri bagaimana… Orang tuamu di mana ?” Tanya balik Sita.

“Aku tidak punya ayah lagi, ibuku masih ada tapi lagi sakit dan tidak bisa bekerja…” jawab Aminah dengan suara lirih dan wajah sedih.

“Oh maaf, aku membuatmu sedih…aku aku …” Sita merasa menyesal, mengajukan pertanyaan yang membuat teman barunya jadi sedih.

“Tidak apa-apa.  Eh jadi anak sekolahan seperti kamu enak ya?” tanya Aminah dengan rasa ingin tahu.

“Emang kamu tidak sekolah?” tanya Sita

Aminah ketawa lebar…”Ha, ha, ha aku sekolah? “ Aminah balik bertanya. “ Jangankan untuk bayar uang sekolah, untuk makan saja aku harus mengais sampah sepanjang hari dulu baru aku tukarin dengan recehan untuk aku belikan makan dengan emak.

“Oh!” hati Sita benar-benar tersentak, tak pernah terbayangkan di dalam benaknya selama ini ada anak yang mengalami kesulitan hidup seperti itu.

Terdorong oleh rasa iba Sita pun berkata

“Kalau kau mau ke rumahku, maukah kamu menerima baju-baju yang sudah tidak aku pakai lagi meski bukan baju baru…?” Tanya Sita.

Aminah membelalakan mata dan tersenyum sumringah merasa tidak percaya dengan tawaran Sita.

“Sungguh ?” tanya Aminah .

“Ayolah!” ajak Sita semangat.

Lalu kedua gadis kecil itu berlari-lari samapi ke ujung jalan. Keduanya ingin sampai tiba di rumah Sita.

Sita ingin segera memberikan beberapa potong pakain yang masih bagus-bagus tapi tersimpan diam di almarinya untuk Aminah, agar Aminah gembira di waktu lebaran yang sebentar lagi tiba. Sementara Aminah gembira membayangkan akan punya baju bagus!

“ Bu, Ibuuu…” Sita berteriak memanggil ibunya.

“Ada apa, Cha? Kenapa pulang sekolah teriak-teriak begitu? Tanya ibu penasaran.

“Oh, eh maaf, Bu!” jawab Sita sambil terengah-engah. 

“Ini Sita mau memperkenalkan teman baru Sita. Namanya Aminah bu. Dan Sita ingin memberikan beberapa potong baju Sita yang tidak terpakai lagi, biar Aminah di hari lebaran punya baju bagus, bolehkan ibu…?”

Ibu menatap Sita sesaat, seakan tidak percaya dengan permintaan gadis kecilnya yang sangat bertentangan dengan keinginannya semalam.

Aminah menundukan kepala dalam-dalam, ia takut ibu Sita tidak mengijikan bahkan akan mengusir karena kedekilannya.

“Aminah sudah tidak punya ayah, kini emaknya malahan sedang sakit. Untuk membeli makan dan obat Aminah harus mengais samapah dulu …apalagi untuk membeli baju lebaran yang pantas! Sangat tidak mungkin!” kata Sita nanar.

Ibu tersenyum senang dan terharu dengan kesadaran dan kebaikan Sita. Ibu mengingatkan kembali permintaan dia sendiri semalam…”Kamu sendiri belum punya baju baru…, kok sekarang mau ngasih orang lain…” Tanya ibu lembut.

“Ah lupakan saja Bu!” Sita memotong perkataan Ibunya. “ Sita merasa bersalah, seharusnya Sita tidak egois dan serakah…mementingkan diri sendiri, seharusnya lebaran tidak selalu dengan baju baru…tetapi akan lebih baik jika kita berbagi dengan orang lain, bukan begitu Ibu  sayang.., maafkan Sita ya ibu…”

Ibu menganggukan kepala tanda setuju sambil tersenyum. Ibu gembira putrinya sudah bisa mengerti keadaan tanpa ada rasa marah.

“Terima kasih Aminah, beruntung Sita bertemu denganmu hari ini. Semoga Allah membalas budimu! Kata Ibu Sita yang merasa bahagia atas kesadaran putrinya.

“Ah saya yang harus berterima kasih banyak dengan ibu dan Sita yang mau menerima bahkan memberikan rezeki pada saya dan emak, Sita mau berkenalan dengan saya saja …sudah membuat saya bahagia” kata Aminah berkaca-kaca.

Penjelasan:

maaf panjang ya

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh aichangemoy dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Fri, 29 Apr 22