cara berpikir geografi fenomena banjir dan tanah longsor

Berikut ini adalah pertanyaan dari nsayyida9 pada mata pelajaran Geografi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Cara berpikir geografi fenomena banjir dan tanah longsor

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Beberapa wilayah di Indonesia belakangan ini ditimpa bencana banjir dan tanah longsor. Sebut saja bencana banjir di Jabodetabek dan Tomohon serta longsor di Jombang. Tak pelak, bencana yang datang tersebut meminta korban dan menimbulkan banyak kerugian. Apa sebenarnya penyebab banjir dan tanah longsor?

Menurut Drs. M. Syamsu Rosid, Ph.D., ahli geofisika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), terjadinya banjir dan longsor dapat dijelaskan menjadi beberapa hal. Ia pertama-tama menekankan bahwa apa yang terjadi pada iklim dan cuaca bukanlah ranah ilmu geofisika. Ilmu geofisika lebih mengurusi apa yang terdapat pada permukaan bumi. Sementara cuaca merupakan ranah klimatologi. “Geofisika lebih pada apa efek ketika curah hujan itu tinggi, misalnya longsor di mana-mana,” kata Syamsu.

Banjir salah satunya disebabkan oleh faktor curah hujan yang tinggi. Hal tersebut diperburuk dengan tidak cukupnya kapasitas sungai menampung limpahan air. Syamsu mengatakan, hal mendasar yang menjadi penyebab meluapnya air di sungai adalah pendangkalan dan penyempitan sungai. Saat ini daerah aliran sungai banyak yang sudah dialihfungsikan menjadi permukiman penduduk. Belum lagi pendangkalan karena adanya sedimentasi. Menurutnya, masalah ini bersumber dari hulu Sungai Ciliwung, yaitu daerah Puncak Bogor yang mengalami deforestasi.

Deforestasi, lanjutnya, semakin diperparah karena telah mengurangi jumlah pohon atau tanaman di wilayah bantaran sungai secara signifikan. Deforestasi akhirnya menyebabkan air hujan yang turun tidak diserap dengan baik oleh akar tanaman. Selain itu, deforestasi juga mengakibatkan air sungai menjadi keruh, yang merupakan indikator bahwa humus tanah sudah terbawa. Padahal, seharusnya humus tidak terbawa karena tertahan oleh akar tanaman. “Air tanah yang berkontribusi ke sungai sudah membawa humus, karena tidak lagi tercengkeram oleh akar-akar pohon,” jelasnya.

Belum lagi perilaku masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai. Hal ini diperparah dengan pembuangan limbah industri ke sungai yang mengakibatkan warna air sungai menjadi keruh. Syamsu kemudian menyarankan, dalam membangun rumah, masyarakat perlu memerhatikan resapan air. Artinya, harus ada tanah yang tidak ditutup.

Lalu, bagaimana dengan tanah longsor? Longsor, menurut Syamsu, diakibatkan oleh tanah pasir yang ada di atas bidang gelincir. Umumnya bahannya adalah lempung. Ketika bongkahan tanah ini ada di bidang miring, kondisinya menjadi labil. Sebenarnya, bidang gelincir yang licin dan massa batuan saja tidak cukup menyebabkan longsor. Perlu ada faktor lain. Tak jarang, longsor terjadi pada saat musim hujan dan sangat jarang terjadi pada musim kemarau.

Pada musim hujan, tanah dan rongga-rongga batuan yang ada di bidang miring akan terisi air. Karena itulah, bebannya menjadi semakin berat. Hal tersebut menjadi lebih berbahaya ketika ada aktivitas manusia di sekitarnya. Potensi longsor juga menjadi lebih besar ketika bidang miring tersebut terdapat di pinggir jalan. “Bertambah bahaya ketika ada aktivitas manusia di sekitar bidang miring tersebut,” kata Syamsu lagi.

Hal lain yang dapat membuat potensi longsor semakin tinggi adalah kemiringan. Semakin curam sebuah bidang miring, semakin besar potensi terjadinya longsor. “Kalau di tebing pinggir jalan, maka lebih baik tebingnya jangan dibuat curam, tapi bikinlah agak landai,” pungkasnya. (KHN)

Penjelasan:

maaf kkalo salah

maf jg panjang ya

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh restu26041990 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sat, 11 Feb 23