Berikut ini adalah pertanyaan dari nsuwardi34 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar
Teman yang BaikRina dan Dini dikenal sebagai sahabat baik yang populer di sekolah. Meskipun berbeda
kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang
meragukan eratnya persahabatan di antara mereka.
Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan
seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini
cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina.
Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu
pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih
sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal.
Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah.
Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu
berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat
voucher yang tersisa.
Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja
dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat
anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh.
Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk
mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang
dengan nominal paling rendah.
Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan Rina. Untuk
membuktikannya, Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman kelasnya.
“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.” Dini
menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.
Rina pun mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan
mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali.
Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal itu.
Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia selalu
bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah. Ia juga ikut
tertawa ketika orang-orang menertawakannya.
Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang kakak
kelas terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali
menyodorkan uang, kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan
memintanya memilih.
Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa,
menertawakan Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa
sebenarnya yang sedang membodohi siapa.
“Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai
mempermalukan Rina.
“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari
awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung
berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.
Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya siapa
yang sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.
Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka merasa telah
melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki
yang berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.
Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan
penghasilan tak terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa,
setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta
rasa malu.
Apa inti cerita tersebut?
kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang
meragukan eratnya persahabatan di antara mereka.
Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan
seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini
cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina.
Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu
pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih
sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal.
Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah.
Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu
berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat
voucher yang tersisa.
Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja
dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat
anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh.
Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk
mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang
dengan nominal paling rendah.
Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan Rina. Untuk
membuktikannya, Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman kelasnya.
“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.” Dini
menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.
Rina pun mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan
mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali.
Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal itu.
Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia selalu
bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah. Ia juga ikut
tertawa ketika orang-orang menertawakannya.
Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang kakak
kelas terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali
menyodorkan uang, kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan
memintanya memilih.
Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa,
menertawakan Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa
sebenarnya yang sedang membodohi siapa.
“Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai
mempermalukan Rina.
“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari
awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung
berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.
Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya siapa
yang sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.
Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka merasa telah
melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki
yang berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.
Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan
penghasilan tak terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa,
setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta
rasa malu.
Apa inti cerita tersebut?
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
setiap perbuatan pasti ada kerugiannya atupun bayarannya MAAF KLO SLH JAGAN LUPA BERI JAWABAN TERCERDAS YAH MAKASIHHHH
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh kennyvirent dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sun, 22 May 22