naskah drama Asal usul danau Toba 9 pemain​

Berikut ini adalah pertanyaan dari wenxiaoly pada mata pelajaran Seni untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Naskah drama Asal usul danau Toba 9 pemain​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

 Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hiduplah seorang petani bersama ibunya bernama Toba dan Ibu Toba. Pada malam hari, Toba bermimpi buruk sekali, dalam mimpinya dia diterkam oleh seekor harimau, dia pun langsung terbangun, ketika dia sedang memikirkan apa arti dari mimpi itu, tiba-tiba ibunya batuk dan sesak napas. Toba pergi ke kamar ibunya.

Toba    : “Ibu..Ibu.. Ibu kenapa?”

Ibu       : “Anakku ibu tidak apa-apa, ibu hanya sesak napas dan batuk biasa saja, jangan

               khawatir.”

  Tapi batuk dan sesak napas yang dialami ibu semakin parah, tadinya batuk biasa menjadi batuk darah.

Toba    : “Tidak ibu, ibu sangat kesakitan.”

Ibu       : “Anakku tolong ambilkanlah minum untuk ibu, napas ibu sangat sesak.”

Toba    : “Baik ibu (sambil membawa air minum). Ini bu.”

Ibu       : “Anakku ibu sudah tidak tahan lagi, mungkin ajal ibu sudah dekat.”

Toba    : “Ibu jangan tinggalkan Toba sendiri disini.”

Ibu       :  “Anakku kau harus bisa hidup tanpa ibu, kau kan kuat? Kau anak ibu yang paling

                berani. Hiduplah dengan baik.”( Ibu Toba pun meninggal dunia)

  Kini dia hidup seorang diri dan rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Di suatu pagi yang cerah, Toba pergi memancing di sungai.

Toba    :”Ya Allah. Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar.”

    Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kail tersebut bergoyang-goyang lalu ia segera menarik kailnya.

Toba    :”Terima kasih Tuhan, kau memberikanku ikan yang besar, dan ikan ini juga indah sekali.

            Sisiknya berwarna merah bersinar seperti emas. Pasti nikmat sekali bila ku makan nanti.

  Toba mencari kayu bakar untuk membakar ikan yang ditangkapnya hari ini. Ikannya pun dia simpan di dapur. Ketika ia sedang mencari kayu bakar, tiba-tiba ikan yang ditangkap oleh Toba berubah menjadi seorang gadis yang cantik jelita, Toba pun datang dengan membawa kayu bakar. Toba terkejut ketika melihat ikan di ember tidak ada.

Toba    : “Aduh dimanakah ikan besar cantik nan rupawan itu, apakah dia di makan kucing?”

Putri    :Tunggu, kau jangan memakan ku. Aku bersedia menemanimu asal aku tidak kau

             makan.

Toba    :”Siapa yang bicara itu?.”

Putri    : “Jangan takut pak, aku juga manusia sama seperti engkau. Aku sangat berutang budi

               padamu karena kau telah menyelamatkanku dari kutukan Sang Dewata. Aku bersedia

               menjadi istrimu.”

Toba    : “Benarkah?”

Putri    : “Tentu saja.”

Toba    : “Namaku Toba. Mari kita lekas pulang. Aku sudah tak sabar ingin memberitahukan

               bahwa kau akan menjadi istriku.”

Putri    : “Tapi Toba, ada satu hal yang harus kau rahasiakan tentang diriku. Aku mohon kau

                tidak menceritakan asal usulku yang berasal dari ikan, karena jika masyarakat itu tahu

                akan hal tersebut pasti akan terjadi bencana besar yang melanda desa ini.

Toba    : “Baiklah, percayakan semua ini padaku. Ayo kita pulang.”

   Saat mereka memasuki kampung Pa Toba, ada beberapa orang yang tidak suka akan kehadiran Putri.

Perempuan 1   : “Hei inang, tahu tidak kau itu si Toba tadi ku tengok membawa pulang seorang

                              cewe. Uh..bodinya mantap.”

Perempuan 2   : “Alaah, paling si cewe itu dia guna-guna biar tertarik padanya. Kau kan tau si

                               Toba itu BUPUK, alias Bujang Lapuk.”

Perempuan 1   : “Oh iyayah.. Pintar kali kau ini.”

Perempuan 2   : “Sudahlah, lekas kita pulang jijik aku melihatnya.”

 

   Putri Mendengar hal tersebut, tetapi dia mengabaikannya. Mereka pun pulang ke rumah dan menjalankan kehidupan mereka layaknya sepasang suami istri. Pa Toba merasa bahagia dan tentram. Setahun kemudian, kebahagiaan Pa Toba dan Putri bertambah karena Putri melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Samosir. Samosir tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sehat dan kuat, tetapi agak nakal. Ia mempunyai kebiasaan yang aneh, yaitu selalu merasa lapar dan ia juga selalu membuat jengkel kedua orangtuanya karena ia tidak pernah mau membantu pekerjaan orang tuanya.

Toba    : “Ibu, mana makan siang untukku?”

Putri    : “Tadi sudah kusiapkan di atas meja. Wah Samosir, ke mana makanan tadi?”

Samosir : “Sudah kuhabiskan bu. Kan saya ini masih dalam masa pertumbuhan. Sekarang pun

                  sebenarnya aku masih lapar, tapi sudahlah, aku pergi bermain dulu ya bu.”

Toba    : “Samosir. Ah ibu ini selalu saja memanjakan dia, saya ini lapar bu.

Putri    : “Sabar ya pak, ingatlah dia kan buah hati kita satu-satunya. Jangan sampai hal sepele

               seperti ini membuatmu emosi.”

Toba    : “Ya sudahlah bu. Buatkan aku makanan sajalah, perutku sudah lapar sekali.”

Putri    : “Tunggulah, aku akan membuatkannya.”

  Toba masih bisa menahan kesabarannya. Namun kesabaran seseorang itu pasti ada batasnya. Sampai suatu ketika Toba tidak dapat menahan amarahnya.

Putri    : “Samosir, Bantu ibu nak.”

Samosir : “Apa bu. aku sedang asyik bermain nih.”

Putri    : “Bawakan bekal ini untuk bapamu di sawah. Kasihan dia sudah menunggu.”

Samosir : “Ah, ibu sajalah yang pergi.”

Putri    : “Ibu sedang masak Samosir. Cepatlah kau antarkan, nanti bapamu marah.”

Samosir : “Ah ibu ini, menggangguku saja. Sini!”

 

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh lioonaa42 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 10 May 23