Berikut ini adalah pertanyaan dari elzaandinie02 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar
Bacalah teks cerita berikut dengan cermat, kemudian identifikasilah aspek kebahasaannya!Tiga Orang Tuli dan Seorang Sufi Bisu
Suatu ketika hidup seorang penggembala miskin di sebuah desa kecil. Tiap hari ia membawa domba-domba gembalanya ke sebuah padang rumput berbukit yang tak jauh dari rumahnya. Seorang gembala ini tuli sejak muda. Meskipun begitu, ia tak menyesali pendengarannya yang rusak itu.
Pada suatu hari, saat menggembalakan domba-dombanya, istri si pengembala fupa mengirim bungkusan makanan. Makanan juga tak kunjung diantar oleh anak si gembala hingga matahar terus bergerak tepat di atas kepala. "Aku akan pulang mengambilnya," pikir si gembala. Ia meliha seseorang tak seberapa jauh sedang memotong rumput di pinggir bukit
la menghampirinya dan berkata. "Saudaraku, tolong jaga domba-domba ini dan awasi jangan sampai ada yang berkeliaran hingga tersesat. Karena istriku ceroboh, lupa mengirim makanan untukku, aku harus pulang mengambil makanan. Aku akan segera kembali. Pemotong rumput tersebut ternyata juga tuli. la tak mendengar apa pun yang pengembala itu katakan. la juga tak paham maksudnya, tapi ia berusaha menerka-nerka apa yang dikatakan si penggembala, la kemudian menjawab, "Mengapa aku harus memberimu rumput yang kupotong sendiri untuk hewan piaraanku? Aku di rumah punya seekor sapi dan dua ekor kambing. Aku pergi jauh-jauh ke sini untuk mencari makan hewan-hewan ternakku itu. Sudahlah, menjauhlah dariku. Aku tidak mau berurusan dengan orang sepertimu yang ingin mengambil milikku yang sedikit ini." la berkata begitu sembari menggerakkan tangannya.
Pengembala yang tidak mendengar apa pun yang dikatakan perumput itu kemudian menjawab, "Oh, terima kasih teman atas kesediaanmu. Aku akan kembali sesegera mungkin. Semoga keselamatan dan keberkahan selalu menyertaimu. Engkau telah benar-benar meringankan tugasku. la segera berlari menuju rumahnya. Setelah tiba, la mendapati istrinya sakit demam dan sedang dirawat para Istri tetangga. Ia mengambil bungkusan makanan dan berlari kembali ke bukit.
Dengan sigap, la segera menghitung domba-dombanya dengan cermat. Semuanya masih lengkap. Dalam hati ia bergumam. "Sungguh mulia pribadi pemotong rumput itu. la benar-benar bisa dipercaya. Ia menjaga domba-dombaku dan tidak mengharap ucapan terima kasih dariku. Sungguh luar biasa. Aku akan memberi domba pincang ini. Toh, memang domba pincang ini awalnya mau kusembelih. Biar domba ini untuknya saja sebagai ungkapan terima kasihku. Ini akan menjadi makanan yang lezat untuk keluarganya."
Sambil memanggul domba pincang di atas bahunya, ia berlari mendekati pemotong rumput itu) dan berteriak, "Hai saudaraku, ini hadiah dariku karena engkau telah menjaga domba-dombaku. Istriku ternyata sedang sakit, makanya la lupa mengirim makanan, Terimalah domba ini untuk makan malam nanti." la mengatakan itu sembari menunjukkan dombanya yang pincang. "Dasar pengembala jahat! Aku tak melihat apa pun yang terjadi selama kamu pergi. Bagaimana kau menyuruhku aku bertanggung jawab atas pincangnya dombamu? Aku sibuk memotong rumput dan sama sekali tak tahu terkait kejadian yang menimpa kaki dombamu itu. Pergilah! Kalau kau mendekat, aku akan memukulmu!" Jawab pemotong rumput dengan raut muka marah. Sang penggembala heran kenapa pemotong rumput marah. la falu berusaha memanggil seorang musafir penunggang kuda yang kebetulan sedang melintas. "Tolong katakan padaku apa yang diucapkan pemotong rumput ini! Aku ini tuli. Aku tidak mengerti kenapa ia menolak pemberianku berupa seekor domba ini dengan ekspresi kekesalan seperti tadi. Si pengembala dan pemotong rumput mulai sama-sama meneriaki si penunggang kuda.
Penunggang kuda kemudian turun dari kudanya dan menghampiri keduanya. Sang musafir ini ternyata pencuri kuda. Ia juga tuli seperti pengembala kuda maupun pemotong rumput. la tak mendengar apa pun yang dikatakan keduanya. la sebenarnya sedang tersesat dan bermaksud bertanya kepada mereka ia berada di mana. Tetapi, melihat sikap mengancam keduanya, ia kemudian berkata. "Benar... benar, temanku! Aku memang baru saja mencuri kuda. Aku mengakui. Tapi, aku tak tahu kalau ini milik kalian. Maafkan aku karena aku mudah tergoda dan tak berpikir panjang."
"Aku tidak tahu apa-apa penyebab pincangnya domba ini!" teriak pemotong rumput.
"Suruh ia katakan padaku, mengapa ia menolak pemberianku!" desak si pengembala, "aku hanya ingin memberikannya hadiah sebagai ucapan terima kasih!" "Aku mengaku mengambil kuda," ujar si pencuri, "tetapi aku tuli dan aku tidak tahu siapa di antara kalian berdua pemilik kuda ini," Pada saat itu, di kejauhan tampak seorang sufi tua sedang berjalan mendekat. Pemotong.
rumput segera menarik jubah sang darwis dan berkata. "Tuan darwis yang mulia, aku orang tuli
.
Suatu ketika hidup seorang penggembala miskin di sebuah desa kecil. Tiap hari ia membawa domba-domba gembalanya ke sebuah padang rumput berbukit yang tak jauh dari rumahnya. Seorang gembala ini tuli sejak muda. Meskipun begitu, ia tak menyesali pendengarannya yang rusak itu.
Pada suatu hari, saat menggembalakan domba-dombanya, istri si pengembala fupa mengirim bungkusan makanan. Makanan juga tak kunjung diantar oleh anak si gembala hingga matahar terus bergerak tepat di atas kepala. "Aku akan pulang mengambilnya," pikir si gembala. Ia meliha seseorang tak seberapa jauh sedang memotong rumput di pinggir bukit
la menghampirinya dan berkata. "Saudaraku, tolong jaga domba-domba ini dan awasi jangan sampai ada yang berkeliaran hingga tersesat. Karena istriku ceroboh, lupa mengirim makanan untukku, aku harus pulang mengambil makanan. Aku akan segera kembali. Pemotong rumput tersebut ternyata juga tuli. la tak mendengar apa pun yang pengembala itu katakan. la juga tak paham maksudnya, tapi ia berusaha menerka-nerka apa yang dikatakan si penggembala, la kemudian menjawab, "Mengapa aku harus memberimu rumput yang kupotong sendiri untuk hewan piaraanku? Aku di rumah punya seekor sapi dan dua ekor kambing. Aku pergi jauh-jauh ke sini untuk mencari makan hewan-hewan ternakku itu. Sudahlah, menjauhlah dariku. Aku tidak mau berurusan dengan orang sepertimu yang ingin mengambil milikku yang sedikit ini." la berkata begitu sembari menggerakkan tangannya.
Pengembala yang tidak mendengar apa pun yang dikatakan perumput itu kemudian menjawab, "Oh, terima kasih teman atas kesediaanmu. Aku akan kembali sesegera mungkin. Semoga keselamatan dan keberkahan selalu menyertaimu. Engkau telah benar-benar meringankan tugasku. la segera berlari menuju rumahnya. Setelah tiba, la mendapati istrinya sakit demam dan sedang dirawat para Istri tetangga. Ia mengambil bungkusan makanan dan berlari kembali ke bukit.
Dengan sigap, la segera menghitung domba-dombanya dengan cermat. Semuanya masih lengkap. Dalam hati ia bergumam. "Sungguh mulia pribadi pemotong rumput itu. la benar-benar bisa dipercaya. Ia menjaga domba-dombaku dan tidak mengharap ucapan terima kasih dariku. Sungguh luar biasa. Aku akan memberi domba pincang ini. Toh, memang domba pincang ini awalnya mau kusembelih. Biar domba ini untuknya saja sebagai ungkapan terima kasihku. Ini akan menjadi makanan yang lezat untuk keluarganya."
Sambil memanggul domba pincang di atas bahunya, ia berlari mendekati pemotong rumput itu) dan berteriak, "Hai saudaraku, ini hadiah dariku karena engkau telah menjaga domba-dombaku. Istriku ternyata sedang sakit, makanya la lupa mengirim makanan, Terimalah domba ini untuk makan malam nanti." la mengatakan itu sembari menunjukkan dombanya yang pincang. "Dasar pengembala jahat! Aku tak melihat apa pun yang terjadi selama kamu pergi. Bagaimana kau menyuruhku aku bertanggung jawab atas pincangnya dombamu? Aku sibuk memotong rumput dan sama sekali tak tahu terkait kejadian yang menimpa kaki dombamu itu. Pergilah! Kalau kau mendekat, aku akan memukulmu!" Jawab pemotong rumput dengan raut muka marah. Sang penggembala heran kenapa pemotong rumput marah. la falu berusaha memanggil seorang musafir penunggang kuda yang kebetulan sedang melintas. "Tolong katakan padaku apa yang diucapkan pemotong rumput ini! Aku ini tuli. Aku tidak mengerti kenapa ia menolak pemberianku berupa seekor domba ini dengan ekspresi kekesalan seperti tadi. Si pengembala dan pemotong rumput mulai sama-sama meneriaki si penunggang kuda.
Penunggang kuda kemudian turun dari kudanya dan menghampiri keduanya. Sang musafir ini ternyata pencuri kuda. Ia juga tuli seperti pengembala kuda maupun pemotong rumput. la tak mendengar apa pun yang dikatakan keduanya. la sebenarnya sedang tersesat dan bermaksud bertanya kepada mereka ia berada di mana. Tetapi, melihat sikap mengancam keduanya, ia kemudian berkata. "Benar... benar, temanku! Aku memang baru saja mencuri kuda. Aku mengakui. Tapi, aku tak tahu kalau ini milik kalian. Maafkan aku karena aku mudah tergoda dan tak berpikir panjang."
"Aku tidak tahu apa-apa penyebab pincangnya domba ini!" teriak pemotong rumput.
"Suruh ia katakan padaku, mengapa ia menolak pemberianku!" desak si pengembala, "aku hanya ingin memberikannya hadiah sebagai ucapan terima kasih!" "Aku mengaku mengambil kuda," ujar si pencuri, "tetapi aku tuli dan aku tidak tahu siapa di antara kalian berdua pemilik kuda ini," Pada saat itu, di kejauhan tampak seorang sufi tua sedang berjalan mendekat. Pemotong.
rumput segera menarik jubah sang darwis dan berkata. "Tuan darwis yang mulia, aku orang tuli
.
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
pentingnya menghormati orang yang tidak terlalu sempurna
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ekaputriromi303 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Tue, 09 May 23