Berikut ini adalah pertanyaan dari helsisaputri60 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Penjelasan:Konon di sebuah desa pinggiran kota hiduplah seorang pengembala miskin bernama Salim. Ia tinggal di sebuah gubuk reot bersama kedua orang tuanya. Setiap pagi Salim menggiring kambing-kambingnya di tanggul sungai dekat rumahnya yang subur ditumbuhi rumput hijau, sore menjelang maghrib barulah pulang.
Walaupun hidup miskin dan serba kekurangan, Salim memiliki sifat mulia yang telah di tanamkan oleh kedua orangtuanya sejak ia masih kecil, yaitu kejujuran.
Kejujurannya yang tinggi membuat Salim disenangi banyak orang, hingga ada seorang kaya di desa itu yang ikhlas membiayai sekolahnya hingga tamat SMA. Setelah tamat SMA Salim memutuskan untuk tetap tinggal di desa menemani kedua orangtuanya yang sudah tua dan sakit-sakitnan.
Siang itu Salim duduk di pinggir sungai memandangi kambing-kambingnya yang sedang merumput, sesekali ia memandang air sungai yang mengalir dengan tenang. Tiba-tiba matanya tertuju pada sesuatu di hulu sungai. Setelah ia amati ternyata buah durian sebesar kepala mengapung terbawa arus.
“Wow! Durian!...” Salim langsung menceburkan diri ke sungai untuk mendapatkan buah itu.
Dibukanya durian itu, lalu ia melahapnya dengan nikmat. “Hmm, enak…pasti baru jatuh dari pohon”
Dalam waktu singkat durian itu hanya tinggal biji dan kulitnya. Salim kekenyangan, ia merebahkan tubuhnya di hamparan rumput.
Tiba-tiba ia terngiang oleh ajaran orangtuanya,”Salim, Jangan sekali-kali kamu makan sesuatu yang bukan hakmu. Itu haram! Makanan haram yang kamu makan kelak di akhirat akan menjadi api yang membakar perutmu…” Salim terhenyak sambil memegangi perutnya. Naluri kejujurannya membuat ia gelisah,”Waduh, bagaimana kalau durian tadi ada yang punya?”
“Ah, aku kan tidak mencuri, aku hanya menemukan durian hanyut yang mungkin sudah direlakan oleh pemiliknya”
“Tapi, bagaimana seandainya pemilik durian tidak rela? Celakalah aku! Perutku akan dibakar api! Oooh…gara-gara sebuah durian membuatku menderita di akhirat. Tidak! Aku tidak boleh tinggal diam. Akan kucari siapa pemilik durian itu. Aku akan memohon agar ia mau merelakan buah durian yang telah aku makan.”
Salim segera menggiring kambing-kambingnya ke kandang. Ia menceritakan kejadian itu pada orang tuanya serta memohon ijin. Setelah itu ia berjalan menelusuri sungai. Matanya mencari-cari siapa tahu ada pohon durian yang tumbuh di pinggir sungai. Setelah sekian lama berjalan barulah Salim menemukan apa yang ia cari, sebuah kebun yang ditumbuhi pohon-pohon durian dengan buahnya yang lebat.
“Assalamu ‘alaikum” sapa Salim kepada seorang laki-laki setengah baya yang sedang menyapu di dalam kebun durian.
“Wa’alikumussalam….” Jawabnya.
“Apakah Bapak yang memiliki kebun ini?”
“Betul, namaku Haji Abdulloh pemilik kebun di sekitar sini. Kamu siapa?”
“Saya Salim dari desa sebelah….” Ia pun menceritakan kejadian yang berawal dari ketika ia menemukan durian hanyut di sungai sampai perasaan berdosa yang menghantuinya, hingga mendorongnya untuk mencari pemilik durian itu dan memohon kerelaan atas durian yang telah ia makan. Haji Abdulloh manggut-manggut mendengar penuturan Salim dari awal hingga akhir. Ia salut akan kejujuran Salim. Dalam hati ia berkata,
“Hmm baru kali ini aku melihat seorang pemuda yang benar-benar jujur dan amanah. Sampai sejauh ini berjalan kaki, hanya untuk memohon kerelaanku atas durian yang ia temukan di sungai dan telah habis ia makan. Sebetulnya aku sudah merelakan semua buah-buahan di kebunku yang jatuh dari pohon untuk diambil siapapun. Apalagi sudah hanyut di sungai. Tapi baiklah, aku ingin menguji sampai dimana kejujuran dan kesungguhan dia untuk meminta kerelaanku”
“Salim, kalau memang kamu ingin mendapatkan kerelaan dariku, aku bersedia mengikhlaskan buah durian yang telah kamu makan tetapi setelah kamu melaksanakan syarat yang kuberikan.”
“Seberat apapun syaratnya, Insya Alloh saya sanggup melaksanakan, yang penting di akhirot kelak perut saya tidak dibakar api.”
“Baiklah, kamu harus membantu saya bekerja disawah dan merawat kebun ini selama satu tahun. Bagaimana?”
“Saya menerima syarat itu”
Keesokan harinya Salim mulai bekerja membantu Haji Abdulloh. Selesai sholat subuh ia sudah berangkat ke kebun Haji Abdulloh. Semua pekerjaan ia lakukan dengan rajin, tekun dan penuh semangat seolah tidak mengenal capek. Ia hanya beristirahat untuk sholat dan makan siang, lepas maghrib barulah ia pulang. Kebun Haji Abdulloh terawat dengan baik. Salim tidak menyadari bahwa diam-diam Haji Abdulloh selalu memperhatikan saat ia bekerja. Ia kagum dengan kesungguhan Salim dalam melaksanakan syarat yang diberikannya, kerjanya keras, rajin dan tidak pernah mengeluh sedikitpun.
"Maaf kalau salah"
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh cakmeron1 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 17 May 21