Kerjakan soal soal berikut berdasarkan cerita "Tombak Baruklinting"ilah tabel berikut

Berikut ini adalah pertanyaan dari yumnaatha74 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar

Kerjakan soal soal berikut berdasarkan cerita "Tombak Baruklinting"ilah tabel berikut berdasarkan cerita di atas!
Tokoh Protagonis
Tokoh Antagonis
Tokoh Tambahan
2. Tuliskan watak dari masing-masing tokoh pada teks fiksi "Tombak Baruklinting
tersebut
Pendalaman Materi
Muoton PPKn KD 3.3 dan 4.3
Menjelaskan Sikap terhadap Perbedaan Karaktertistik Individu
Masyarakat Indonesia memiliki karakteristik yang beragam. Kita pasti memiliki tetangga
yang berlainan suku bangsa. Setiap suku mempunyai karakter dan kebiasa
yang bisa tolong ya jangan ngasal​
Kerjakan soal soal berikut berdasarkan cerita

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Watak adalah salah satu unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan menerangkan sifat atau karakter yang disematkan pada tokoh. Pada dasarnya, tokoh dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan wataknya yaitu tokoh protagonis yang memiliki watak baik dan antagonis yang berwatak buruk. Namun, pada perkembangannya, penggolongan tokoh berdasarkan watak juga melahirkan tokoh lain seperti deutrogonis dan tritagonis.

Pembahasan

Pada kesempatan ini, soal meminta kita untuk menyajikan watak dari setiap tokoh yang berasal dari cerita Tombak Baruklinting atau yang juga dikenal dengan nama Legenda Rawa Pening. Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

TOKOH DAN WATAK TOKOH

1. KI HAJAR

WATAK: SABAR, PERCAYA PADA TUHAN, DAN BIJAK

2. NYAI SEKANTA

WATAK: BAIK, TAAT PADA SUAMI, MENGASIHI ANAK DAN SUAMI

3. BARU KLINTING

WATAK: BAIK, SOPAN, TEGAS, HORMAT PADA ORANG TUA

4. WARGA DESA PATHOK

WATAK: JAHAT, TIDAK RAMAH, SOMBONG

5. NYI LANTUNG

WATAK: RAMAH, BAIK, PERHATIAN PADA ORANG YANG MENDERITA DAN TERPINGGIRKAN

Sebagai rujukan, berikut kakak sajikan teks yang dimaksud oleh soal.

Dahulu, di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo terdapat sebuah desa bernama Ngasem. Di desa itu tinggal sepasang suami-istri yang bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta yang dikenal pemurah dan suka menolong sehingga sangat dihormati oleh masyarakat. Sayangnya, mereka belum mempunyai anak. Meskipun demikian, Ki Hajar dan istrinya selalu hidup rukun. Setiap menghadapi permasalahan, mereka selalu menyelesaikannya melalui musyawarah.

Suatu hari, Nyai Selakanta duduk termenung seorang diri di depan rumahnya. Tak lama kemudian, Ki Hajar datang menghampiri dan duduk di sampingnya.

“Istriku, kenapa kamu terlihat sedih begitu?” tanya Ki Hajar.

Nyai Selakanta masih saja terdiam. Ia rupanya masih tenggelam dalam lamunannya sehingga tidak menyadari keberadaan sang suami di sampingnya. Ia baru tersadar setelah Ki Hajar memegang pundaknya.

“Eh, Kanda,” ucapnya dengan terkejut.

“Istriku, apa yang sedang kamu pikirkan?” Ki Hajar kembali bertanya.

“Tidak memikirkan apa-apa, Kanda. Dinda hanya merasa kesepian, apalagi jika Kanda sedang pergi. Sekiranya di rumah ini selalu terdengar suara tangis dan rengekan seorang bayi, tentu hidup ini tidak sesepi ini,” ungkap Nyai Selakanta, “Sejujurnya Kanda, Dinda ingin sekali mempunyai anak. Dinda ingin merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.”

Mendengar ungkapan isi hati istrinya, Ki Hajar menghela nafas panjang.

“Sudahlah, Dinda. Barangkali belum waktunya Tuhan memberi kita anak. Yang penting kita harus berusaha dan terus berdoa kepada-Nya,” ujar Ki Hajar.

“Iya, Kanda,” jawab Nyai Selakanta sambil meneteskan air mata.

Ki Hajar pun tak kuasa menahan air matanya melihat kesedihan istri yang amat dicintainya itu.

“Baiklah, Dinda. Jika memang Dinda sangat menginginkan anak, izinkanlah Kanda pergi bertapa untuk memohon kepada Yang Mahakuasa,” kata Ki Hajar.

Nyai Selakanta pun memenuhi keinginan suaminya, meskipun berat untuk berpisah. Keesokan harinya, berangkatlah Ki Hajar ke lereng Gunung Telomoyo. Tinggallah kini Nyai Selakanta seorang diri dengan hati semakin sepi.

Berminggu-minggu, bahkan sudah berbulan-bulan Nyai Selakanta menunggu, namun sang suami belum juga kembali dari pertapaannya. Hati wanita itu pun mulai diselimuti perasaan cemas kalau-kalau terjadi sesuatu pada suaminya.

Suatu hari, Nyai Selakanta merasa mual dan kemudian muntah-muntah. Ia pun berpikir bahwa dirinya sedang hamil. Ternyata dugaannya benar. Semakin hari perutnya semakin membesar. Setelah tiba saatnya, ia pun melahirkan. Namun, alangkah terkejutnya ia karena anak yang dilahirkan bukanlah seorang manusia, melainkan seekor naga.

Ia menamai anak itu Baru Klinthing. Nama ini diambil dari nama tombak milik suaminya yang bernama Baru Klinthing. Kata “baru” berasal dari kata bra yang artinya keturunan Brahmana, yaitu seorang resi yang kedudukannya lebih tinggi dari pendeta. Sementara kata “Klinthing” berarti lonceng.

...

Pelajari lebih lanjut

Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang watak tokoh:

yomemimo.com/tugas/9502411

Detil jawaban

Kelas: IX

Mata pelajaran: Bahasa Indonesia

Bab: Bab 15 - Unsur intrinsik dan ekstrinsik

Kode kategori: 9.1.15

Kata kunci: watak, tokoh, teks, fiksi, tombak baru klinting, legenda rawa pening

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh dhiyaauliyah14 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 05 Jul 21