Berikut ini adalah pertanyaan dari alifviamutiarasuhend pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar
Perilaku siswa semacam ini memang benar-benar menuntut guru supaya lebih sabar dan memiliki keuletan tingkat tinggi. Akan tetapi, benarkah murid seperti tersebut disebut nakal? Sebenarnya kurang tepat juga jika mereka dilabeli murid nakal. Ukuran kenakalan siswa dari pandangan masing-masing guru berbeda-beda.
Ada guru yang memandang muridnya nakal sebab tidak menggarap PR, masuknya telat dan lain-lain. Ada pula guru yang menganggap hal itu bukanlah termasuk hal yang nakal.
Berdasarkan keterangan tersebut, sebenarnya tidak ada yang namanya murid nakal. Yang ada hanyalah siswa yang sedang merasakan apa itu krisis identitas. Proses peremajaan murid membuat mereka mencoba untuk mencoba hal-hal baru.
Sayangnya, hal-hal baru itu adalah kebanyakan hal-hal yang negatif. Mungkin mereka menganggap bahwa bergurau dengan guru adalah sesuatu yang wajar. Maka mereka bergurau dengan guru layaknya bercanda dengan teman tanpa memperhatikan etika.
Etika, sopan santun, dan sikap budi luhur lainnya memang sudah diajarkan pada masa sekolah dasar para siswa. Sayangnya, pelajaran tersebut hanya sekadar berbentuk teks semata. Padahal yang dibutuhkan oleh para siswa adalah bagaimana mengaplikasikannya.
Hasilnya, ketika pelajaran tersebut sudah tidak diajarkan lagi, mereka akan lupa dan belum mendapat praktik akan sikap budi luhur tersebut.
Akar masalah ini yang menyebabkan ketika murid beranjak dewasa dengan segala pergaulannya, mereka akan melupakan apa itu etika dan sopan santun. Hasilnya dengan orang yang lebih tua pun mereka berani melawan, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik dan verbal. Guru seakan kehilangan tajinya di mata murid. Padahal murid itulah yang lancang. Peran orang tua di sini sangat penting. Gerbang utama perilaku anak adalah orang tua. Orang tua adalah orang pertama yang memberikan edukasi terhadap anak. Maka dari itu harus benar-benar dipastikan bahwa apa yang diajarkan oleh orang tua adalah benar-benar hal yang positif dan harus dipastikan melekat pada anak.
Sebagai contoh adalah pelajaran tentang etika. Orang tua harus memahamkan anak bahwa untuk bersikap dan bersosialisasi ada batas-batas yang harus dipahami. Berbicara dengan teman tentu berbeda dengan berbicara dengan orang yang lebih tua.
Demikian halnya dengan bersikap. Bersikap dengan teman seumuran, berbeda dengan bersikap terhadap orang yang lebih tua, dan berbeda juga dengan orang yang usianya sudah tua. Dengan dipahamkan seperti itu, ketika tumbuh dewasa, anak sudah mendapat dasar yang kuat tentang etika. Mereka pun akan memikirkan sikap apa yang tidak boleh dilakukan terhadap orang yang lebih tua. Ketika semakin dewasa, dia pun akan berperilaku baik terhadap gurunya, sopan, dan menghormati dengan sepenuh hati.
Kesalahan yang dilakukan kebanyakan orang tua adalah hanya mengajarkan tentang menabung saja karena terbilang mudah untuk diajarkan, tidak perlu susah payah untuk mengajarkan bersikap terhadap orang lain.
Yang perlu diajarkan hanyalah bagaimana menyisihkan uang sebanyak-banyaknya dan dia akan jadi kaya. Orang seperti ini jika besar tanpa diimbangi dengan edukasi moral, ia akan melakukan apapun untuk mengejar kekayaan. Bukankah sering ditemui orang dewasa dengan sikap seperti ini?
Kesalahan yang lain adalah terlalu memanjakan anak. Ketika masih kanak-kanak, mereka menangis karena ingin dibelikan mainan.
Orang tuanya pun langsung membelikannya mainan untuk meredakan tangisan secara instan. Agak besar ketika anak ingin sepeda dan orang tua tidak membelikannya, anak mulai mogok makan. Orang tua pun langsung membelikannya sepeda.
Orang tua terlalu malas untuk memberikan penjelasan terhadap anak akan sesuatu dan cenderung memilih cara instan.
Akhirnya ketika dewasa anak akan melakukan hal-hal kriminal jika kemauannya tidak dituruti. Sudah banyak kasus seorang anak membakar orang tuanya sendiri karena tidak membelikannya sepeda motor. Hilang ke manakah moral anak muda ini?
Sekali lagi, anak nakal sebenarnya hanya sekian persen saja kesalahan mereka. Persentase kesalahan yang lebih besar adalah terletak pada orang tuanya.
Ketika orang tuanya mendidik dengan benar, anak akan menjadi pribadi yang baik. Sesekali mungkin mereka nakal, namun masih batas wajar, tidak sampai melukai, merusak, atau pun membunuh.
1. kesimpulan dari teks Di atas?
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
KESIMPULAN :
Kita tidak boleh menggangap sepele suatu hal, kita harus berfikir terlebih dahulu apakah hal itu akan menjadi kebiasaan jika dibiarkan dan disepelekan?
Penjelasan:
Karna sebuah kebiasaan akan terus menjadi kebiasaan, jika anak itu terlalu sering bolos, tidak mengerjakan PR dll. dan saat ia remaja, dia akan menjadi anak yang tidak sopan, dan nantinya dia akan menjadi 'Anak Nakal' karna hanya sebuah hal sepele yang tidak boleh disepelekan.
Begitu juga dengan anak-anak yang merengek untuk dibelikan sesuatu, sebagian orang atau bahkan hampir semua orang menganggap hal itu biasa bukan? padahal jika selalu dituruti, bahkan saat remaja jika mereka tidak dituruti.
mereka bisa saja membunuh kedua orang tuanya nanti!, lihat betapa parahnya-!
===================
jadikan jawaban tercerdas yaa, kasih nilai aja juga gapapa kok-!
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ajulassaskianuraini dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Wed, 04 May 22