Berikut ini adalah pertanyaan dari tiaceria0 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Cerita "Terjadinya Selat Bali" adalah salah satu cerita fiksi berjenis legenda yaitu sebuah karya sastr ayang menyajikan informasi perihal asal usul atau terjadinya sebuah peristiwa atau tempat di masa lalu. Meski begitu, kisah ini merupakan kisah fiksi alias kebenaran ceritanya masih belum dapat dipastikan.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal meminta pendapat kita jika cerita tersebut dikaitkan dengan kehidupan zaman sekarang ini. Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
CERITA "TERJADINYA SELAT BALI" MASIH RELEVAN HINGGA SAAT INI. PADA ZAMAN SEKARANG, MASIH BANYAK ORANG YANG TIDAK BISA LEPAS DARI BERAGAM KECANDUAN, TIDAK HANYA KECANDUAN BERJUDI, TAPI JUGA NARKOBA, DAN LAIN SEBAGAINYA. TIDAK SEDIKIT DARI MEREKA YANG RELA BERTINDAK SEPERTI MANIK ANGKERAN YAKNI MENGHABISKAN HARTA KEKAYAAN KELUARGA DAN MENCARI KEKAYAAN DENGAN CARA YANG TIDAK HALAL SEMATA-MATA UNTUK MEMUASKAN KECANDUAN MEREKA. TENTUNYA KEHADIRAN ORANG-ORANG SEPERTI INI SANGAT MERUGIKAN MASYARAKAT, OLEH KARENA ITU PERLU MENDAPATKAN PERHATIAN DAN PERLAKUAN KHUSUS AGAR DAPAT TERLEPAS DARI KECANDUAN YANG MEREKA IDAP.
Sebagai rujukan, berikut kakak sajikan teks yang dimaksud oleh soal.
Alkisah, di Kerajaan Daha, Kediri, Jawa Timur, hiduplah seorang brahamana (pendeta) yang bernama Empu Sidi Mantra. Ia seorang pendeta yang kaya raya dan terkenal sakti mandraguna. Selain itu, ia juga memiliki seorang istri yang cantik jelita dan seorang putra yang gagah dan tanpan bernama Manik Angkeran. Meski demikian, pendeta itu tidak bisa hidup tenang dan bahagia, karena anak semata wayangnya, Manik Angkeran, memiliki sifat tidak terpuji, yaitu gemar berjudi. Ia selalu mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya dan berhutang kepada orang lain ketika kalah berjudi. Hal inilah yang membuat Empu Sidi Mantra dan istrinya merasa resah, karena hampir setiap hari orang-orang mendatangi rumahnya untuk menagih hutang putranya. Keadaan tersebut berlangsung hingga bertahun-tahun, sehingga lambat-laun harta kekayaan sang Empu terkuras habis.
Pada suatu sore, Manik Angkeran pulang ke rumahnya dengan nafas tersengal-sengal.
“Bapa, Ibu! Tolong aku!” seru Manik Angkeran.
“Ada apa, Putraku? Apa yang terjadi denganmu?” tanya ibunya dengan perasaan cemas.
“A…a… aku dikejar-kejar orang, Bu!” jawab Manik Angkeran dengan nafas yang masih terengah-engah.
“Hmm… kamu pasti kalah berjudi lagi ya!” timpa bapanya.
“Iya, Bapa! Aku kalah berjudi dan tidak sanggup membayar taruhan. Tolong aku, Bapa! Mereka ingin membunuhku,” Manik Angkeran mengiba kepada bapanya.
Tak berapa lama kemudian, datanglah beberapa orang pemuda membawa golok. Mereka berteriak-teriak di depan rumah menyuruh Manik Angkeran keluar.
“Hai, Manik Angkeran! Keluar dan bayarlah hutangmu!” teriak salah seorang pemuda sambil mengacung-acungkan goloknya.
Manik Angkeran pun semakin ketakutan. Ia segera masuk ke kamarnya untuk bersembunyi. Sementara itu, dengan tenangnya, Empu Sidi Mantra segera menemui para pemuda yang berdiri di depan rumahnya.
“Tenang, wahai Anak Muda! Percayalah, saya akan membayar semua hutang putraku. Tapi, berilah saya waktu tiga hari untuk mencari uang dulu,” pinta Empu Sidi Mantra.
“Baiklah, Empu! Kami menerima permintaan Empu. Tiga hari lagi, kami akan kembali kemari untuk menagih janji Empu,” kata salah seorang pemuda, lalu membubarkan diri bersama teman-temannya.
Pada malam harinya, Empu Sidi Mantra berdoa untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Saat tengah malam, tiba-tiba ia mendengar suara bisikan yang sangat jelas di telinganya.
“Hai, Sidi Mantra! Pergilah ke kawah Gunung Agung! Di sana ada harta karun yang dijaga oleh seekor naga bernama Naga Besukih,” demikian suara bisikan itu.
Keesokan harinya, berangkatlah Empu Sidi Mantra itu ke kawah Gunung Agung. Setelah berjalan cukup jauh dengan berbagai rintangan, sampailah ia di tempat tersebut. Ia pun duduk bersila sambil membunyikan genta (lonceng) saktinya seraya mulutnya komat-kamit menyebut nama Naga Besukih. Tak berapa lama kemudian, naga itu pun keluar dari tempat persembunyiannya.
“Hai, kisanak! Kamu siapa dan ada apa kamu memanggilku?” tanya Naga Besukih itu.
“Saya Empu Sidi Mantra dari Tanah Jambudwiba. Maksud kedatangan saya kemari untuk meminta bantuanmu,” kata Empu Sidi Mantra.
“Apa yang bisa kubantu, hai Mpu? Katakanlah!” seru Naga Besukih.
...
Pelajari lebih lanjut
Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang amanat cerita:
Detil jawaban
Kelas: VII
Mata pelajaran: Bahasa Indonesia
Bab: Bab 7 - Fakta dan tanggapan
Kode kategori: 7.1.7
Kata kunci: pendapat, cerita, terjadinya Selat Bali, kehidupan, zaman sekarang
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh heri250484 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sun, 06 Jun 21