Amanat Sang PejuangKarya: Aditya IsmanSiang hari di jembatan penyeberangan aku

Berikut ini adalah pertanyaan dari milawarda35 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar

Amanat Sang PejuangKarya: Aditya Isman

Siang hari di jembatan penyeberangan aku melihat seorang Kakek lusuh berbadan kurus
dengan tatapan yang penuh kepayahan dan penderitaan. Ia memegang gelas plastik yang berisi
sebuah uang logam, entah berapa nominalnya. Aku berjalan menghampiri si Kakek.
"Kek, ini saya punya makanan untuk Kakek," ucapku lalu aku memberikan kotak makananku

kepada sang Kakek.

"Terima kasih, Nak," ucapnya dengan suara parau tapi aku masih bisa mendengarnya. Tanpa
ragu Si Kakek langsung memakan makanan yang kuberikan itu.

Tak lama makanan tersebut sudah habis, lalu kuambil sebotol air mineral di ranselku dan
kembali aku berikan kepada sang Kakek.

"Terima kasih anak baik," lanjutnya.

Aku menatap langit dari celah jembatan penyeberangan lalu kembali berucap pada sang

Kakek.
"Kek, saya sungguh peduli dengan Kakek. Firasat saya mengatakan Kakek bukanlah orang
biasa."

Kakek tersebut menghela napasnya. "Benarkah firasatmu begitu, Nak? Dari mana datangnya
firasat itu?" balas sang Kakek. "Saya berada di bawah jalan sana dan saya memperhatikan Kakek
tadi begitu terpana melihat bendera itu," tunjukku ke bendera Merah Putih yang berada di bawah
pemukiman. Sang Kakek berdiri lalu kembali melihat bendera yang tadi ia perhatikan.

"Itu adalah bendera negara kita Nak, negara yang susah payah kami merdekakan dan
sekarang ia bisa berkibar tanpa ada yang mengganggu, bagaimana Kakek tidak takjub melihat
nya," ucap Kakek kembali.

"Apakah tebakan saya benar, Kek? Kakek adalah salah
satu dari orang orang terdahulu kami yang membuat bendera
itu berkibar tanpa gangguan?" tanyaku.

"Kakek tak pernah berpikir begitu. Dulu saat Kakek
seusiamu, memang sudah jadi kewajiban Kakek membuat itu
terjadi sehingga anak cucu kami semua bisa menikmati negeri
ini."

Aku menatap sang Kakek, aku ingin mengobrol lebih banyak dengan pria hebat ini.
"Kek, bisa ceritakan pada saya ketika negeri ini masih dijajah?
Bola mata sang Kakek mengarah ke atas seakan ia sedang mencoba mengingat-ingat

"Dulu begitu kejamnya Belanda dan Jepang menguras negeri ini, bukan hanya sumber daya
alamnya saja yang tersakiti, tapi kita orang Indonesia hampir semuanya tak bisa berbuat apa-apa.
in adalah bekas tembakan di kaki Kakek, luka ini Kakek dapat setelah menyergap markas musuh.
K kalah saat itu dan Kakek yang tertembak akhirnya ditangkap lalu dimasukkan ke dalam
penjara sebagai tahanan. Di dalam penjara sungguh menderitanya keadaan Kakek. Walaupun
begitu, leher dan kepala Kakek tetap tegak, tidak pernah tertunduk, rasa takut Kakek dikalahkan
oleh kekuatan untuk memerdekakan negara ini, sebab dengan perasaan itulah merdeka bukan
hanya sebuah mimpi," jelas si Kakek.

"Kek, tahukah Kakek betapa hebatnya orang seperti Kakek? Orang yang memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Namun, saya tak habis pikir orang seperti Kakek harus hidup seperti
ini sekarang."

Kakek tersebut tersenyum padaku. "Kakek senang kamu peduli Nak, Kakek sudah sangat
tua, Kakek senang hidup di jalan karena di jalanlah tempat banyak orang, melihat senyuman
orang orang di jalan merupakan kebanggaan tersendiri untuk Kakek karena dulu tersenyum
hanya bisa dilakukan oleh penjajah dan nyatanya sekarang negeri ini bisa tersenyum."
"Kek, tapi saya mohon kepada Kakek, bolehkah saya meminta Kakek untuk meminta sesuatu

kepada saya, anggaplah ini adalah hadiah dari cucu Kakek yang sudah merdeka."

Sang Kakek masih menatap bendera, beberapa saat kemudian barulah ia kembali bicara.
"Baiklah nak, sampaikan ini kepada orang-orang seusiamu yang kamu kenal. Jangan lupa pada
sejarah negara ini, jangan biarkan budaya negatif barat masuk dan diikuti, tumbuhkan rasa cinta
pada negeri. Hal yang paling penting, kamu harus mengakui bahwa kamu orang Indonesia,
karena negeri ini pantas mendapat pengakuan dari orang orang mulia seperti kita, orang yang
mencintai perbedaan, orang yang ramah tamah, tak suka tercerai berai, memiliki tenggang rasa
dan adil pada semuanya."

Permintaan sang Kakek yang membuatku takjub berulang kali, ia tak mementingkan dirinya
karena permintaannya masih menyangkut negara ini. "Baiklah Kek, akan saya sampaikan kepada
kawan, kerabat, siapa pun yang saya kenal, kalau saya telah bertemu dengan pria hebat dan
gagah yang sikapnya tak serapuh raganya."

Bagaimana juga pertemuan dan dialog singkatku dengan sang Kakek mengubah cara
pandang dan gaya hidupku. Aku harus menjadi orang pintar di tengah negara yang sudah
merdeka ini.

Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-kehidupan/amanat-sang-pejuang.html-dengan perubahan seperlunya

— Baca teks " Amanat Sang Pejuang " kemudian carilah kata-kata yang sulit yang ada di dalam teks.

tolong di jawab dengan benar!

“kalau tidak bisa Jawab , tidak usah di jawab ya kak”

nanti aku kasi “Nilai tercedas”


Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

1.parau

2.nasionalisme

3.firasat

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh riswanasiregar dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 04 Jan 22