Apa bedane gunungan blumbangan lan gunungan gapuran? *

Berikut ini adalah pertanyaan dari Adylya9252 pada mata pelajaran B. Daerah untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Apa bedane gunungan blumbangan lan gunungan gapuran? *

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Apa bedane gunungan blumbangan lan gunungan gapuran? *Gapuran merupakan gambaran kehidupan yang menyimbolkan keseimbangan makro dan mikro. Terdapat aspek-aspek yang hakekatnya melambangkan dunia atas yang disimbolkan dengan burung dan dunia bawah yang disimbolkan dengan ular dan naga. Gapuran berbentuk boneka wayang gunungan pada wayang kulit purwa, golek purwa, krucil, wayang gedhog, wayang menak berupa gambaran visual berupa : dua ekor merpati, dua naga, mahkota raja, bendera gamelan, senjata meriam, dua makara bermata dua, dua makara bermata satu, bintang, rembulan, dan matahari. Serta dibagian bawah dilukis dua raksasa yang memegang gada dan sebuah pedang. Secara fisik gunungan gapuran ini berbentuk ramping dan pada bagian bawah bergambar gapura yang pada sisi sebelah kiri maupunkanan dijaga oleh raksasapermasalahan seringkali menyebabkan timbulnya konflik meskipun masih dalam wacana kebersamaan. Demikian juga interkasi antar tokoh atau kelompok tokoh dari satu pihak dengan pihak lain karena perbedaan kepentingan, perbedaan visi, atau persamaan tujuan menyebabkan timbul konflik baik non fisik dan . atau fisik. Konflik juga dapat terjadi dalam diri seorang tokoh ketika tokoh yang bersangkutan sedang dilanda masalah. Konflik-konflik inilah yang menyebabkan timbulnya peristiwa lakon.

Di antara seperangkat wayang kulit purwa, kayon atau gunungan adalah figur yang memiliki peran sangat dominan dalam pertunjukan wayang kulit purwa. Disebut gunungan karena bentuknya gunung yang berisi mitos Sangkan Paraning Dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan. Menurut riwayat, gunungan melambangkan dunia dan isinya. Gunungan disebut juga sebagai kekayon, yang berasal dari kata Kayon yang berarti mengayuh. Gambaran gunungan dengan seluruh isinya, sangatlah penting kedudukannya dalam pertunjukan wayang kulit purwa jika dilihat dari sudut maknanya. 

Pertunjukan wayang dahulunya dilakukan pada saat malam hari yang bertujuan untuk memanggil roh para leluhur. Namun, kini pertunjukan wayang hanya dilihat dari nilai estetisnya saja, misalnya dalam keindahan simpingan, penataan gamelan, garapan iringan, lakon, maupun pesan moralnya. Pada zaman kerajaan, pertunjukanwayang mengandung dimensi politis meemperkuat kedudukan dan wibawa raja.

Pertunjukan wayang, sebagaimana diketahui, pada hakekatnya adalah pertunjukan lakon. Secara fisik lakon terbentuk dari perpaduan unsur-unsur garap, meliputi narasi dan dialog, gerak wayang, serta karawitan pedalangan yang antara lain terdiri atas gending, sulukan kombangan, dhodhongan keprakan, tembang, dan sindhenan serta dengan menggunakan wayang sebagai media aktualisasi tokoh-tokohnya. Lakon sebagai sentral pertunjukan sekaligus sebagai bingkai yang mengarahkan penggarapan catur, sabet, dan karawitan pedalangan. Oleh karena itu jika melihat pertunjukan wayang semestinya yang dihayati adalah lakonnya.

Lakon wayang tersusun dari serentetan adegan yang masing-masing adegan menampilkan seorang atau beberapa orang tokoh dengan status dan karakter masing-masing. Perbedaan status dan karakter ini mewarnai timbulnya perbedaan pandangan, silap, perilaku, pembicaraan, situasi batin, dan cara mengambil keputusan.

Tokoh-tokoh yang tampil dalam lakon wayang, secara individu atau bersama dengan tokoh-tokoh lain membentuk kelompok-kelompok yang saling mendukung dan/atau berseberangan. Terbentuknya kelompok ini antara lain karena masing-masing anggota adalah satu keturunan, terikat kewajiban, persaman tujuan, persamaan visi, persamaan kepentingan, dan persamaan golongan. Interaksi antara tokoh-tokoh dalam suatu adegan dari suatu pihak yang sama, karena perbedaan karakter, status, dan sudut pandang dalam menanggapi suatu permasalahan seringkali menyebabkan timbulnya konflik meskipun masih dalam wacana kebersamaan. Demikian juga interkasi antar tokoh atau kelompok tokoh dari satu pihak dengan pihak lain karena perbedaan kepentingan, perbedaan visi, atau persamaan tujuan menyebabkan timbul konflik baik non fisik dan . atau fisik. Konflik juga dapat terjadi dalam diri seorang tokoh ketika tokoh yang bersangkutan sedang dilanda masalah. Konflik-konflik inilah yang menyebabkan timbulnya peristiwa lakon.

Di antara seperangkat wayang kulit purwa, kayon atau gunungan adalah figur yang memiliki peran sangat dominan dalam pertunjukan wayang kulit purwa. Disebut gunungan karena bentuknya gunung yang berisi mitos Sangkan Paraning Dumadi, yaitu asal mulanya kehidupan. Menurut riwayat, gunungan melambangkan dunia dan isinya. Gunungan disebut juga sebagai kekayon, yang berasal dari kata Kayon yang berarti mengayuh. Gambaran gunungan dengan seluruh isinya, sangatlah penting kedudukannya dalam pertunjukan wayang kulit purwa jika dilihat dari sudut maknanya. 

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh fahrezyyal dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 13 Jun 22