Berikut ini adalah pertanyaan dari r4521370 pada mata pelajaran B. Daerah untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
(TRANSLATE) BAHASA INDONESIA- BAHASA BALINGASAL RIPORT
Pada dahulu kala tinggalah sebuah keluarga disebuah desa. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan seorang gadis remaja dengan nama Bawang Putih. Mereka adalah sebuah keluarga yang hidup bahagia. Kendati ayah Bawang Putih hanyalah seorang pedagang biasa, namun mereka bisa hidup dengan sangat rukun dan sentosa hingga pada suatu hari ibu Bawang Putih sakit parah yang akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka dengan meninggalnya ibunda tercintanya itu, begitu juga dengan ayahnya, ia merasakan duka yang sangat mendalam harus menerima kenyataan itu.
Dialog drama Bawang Merah & Bawang Putih
Bawang Putih:
Ayah, kenapa sih ibu harus pergi meninggalkan kita dengan begitu cepatnya?
Ayah:
Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, nak.
Bawang Putih:
Ya, sudah lah, yah.. memang sudah menjadi ketentuan yang maha kuasa.
Ayah:
Ya, benar anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya.
Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan diri untuk berkunjung kerumah Bawang Putih. Ibu Bawang Merah sering membawakan makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya, membantu Bawang Putih bersih-bersih rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan.
Ibu Bawang Merah:
Bawang Putih... ini saya bawakan makanan untuk kamu.
Bawang Putih:
Iya, terima kasih banyak bu sudah membawakan makanan untuk Bawang Putih.
Ibu Bawang Merah:
Ya, sama-sama, ibu cuman nggak pengen lihat kamu kurang makan. Ya sudah, kalau gitu ibu pamit pulang dulu.
Ayah Bawang Putih : Bu, nitip salam ya buat Bawang Merah.
Ibu Bawang Merah: Iya, nanti aku sampaikan ke Bawang Merah.
Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat baik hati membuat ayah Bawang Putih kepikiran untuk menikahi ibu Bawang Merah. Dengan meminta pertimbangan dari Bawang Putih, kemudian ayah Bawang Putih menikah dengan ibu Bawang Merah.
Ayah Bawang Putih:
Bawang Putih, andai saja ayah menikahi dengan ibu Bawang Merah, apakah kamu setuju, nak?
Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang menginginkannya, kenapa aku harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu kan baik hati.
Ayah Bawang Putih:
Baiklah nak kalau begitu, terimakasih atas izin kamu. Bagaimana denganmu Bawang Merah? apakah kamu juga setuju?
Bawang Merah:
Aku juga setuju, ibu setuju juga kan?
Ibu Bawang Merah:
Ya, ibu juga setuju dengan niatan ayah Bawang Putih untuk menikahi ibu.
Diawal-awal pernikahan, ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersikap sangat baik kepada Bawang Putih. Namun, lama-kelamaan tabiat sesungguhnya mereka akhirnya mulai kelihatan. Bawang Merah dan ibunya sering kali memarahi Bawang Putih dan tidak jarang memberinya pekerjaan yang berat manakala ayah Bawang Putih sedang tidak ada dirumah. Karena Ayah Bawang Putih sedang berdagang, maka ayah Bawamg Putih tidak tahu-menahu perihal perlakukan ibu tirinya itu karena Bawang Putih sendiri tidak pernah menceritakan perlakukan ibu tirinya itu kepada ayahnya.
Ibu:
Putih.. kamu harus membersihkan lantai ya, cuci piring, dan semua pekerjaan rumah harus kamu bereskan!
Bawang Putih:
Iya, Baik bu, akan Putih kerjakan.
Bawang Merah:
Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan nggak berantakan.
Bawang Putih:
Baik kak, akan Putih bersihkan.
Pada suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia. Kini Bawang Putih tidak lagi punya ayah dan juga ibu.
Ayah:
Bawang Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin bisa disembuhkan lagi.
Bawang Putih:
Ayah, Putih mohon sama ayah, jangan tinggalin Putih, yah! Putih akan sama siapa lagi, yah?
Ayah:
Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya, nak.
Bawang Putih:
Iya, ayah.
Ayah:
Bu, aku titip Putih ya? Tolong jagain Putih, dan aku mohon ibu bisa menganggap dia seperti anak ibu sendiri.
Ibu Bawang Merah:
Ya, baik ayah.
Bawang Putih:
Ayah.. jangan tinggalkan Putih, yah! (Bawang Putih bercucuran air mata)
Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa dan bertindak semena-mena terhadap Bawang Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh Bawang Merah dan ibunya.
Pada dahulu kala tinggalah sebuah keluarga disebuah desa. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan seorang gadis remaja dengan nama Bawang Putih. Mereka adalah sebuah keluarga yang hidup bahagia. Kendati ayah Bawang Putih hanyalah seorang pedagang biasa, namun mereka bisa hidup dengan sangat rukun dan sentosa hingga pada suatu hari ibu Bawang Putih sakit parah yang akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih sangat berduka dengan meninggalnya ibunda tercintanya itu, begitu juga dengan ayahnya, ia merasakan duka yang sangat mendalam harus menerima kenyataan itu.
Dialog drama Bawang Merah & Bawang Putih
Bawang Putih:
Ayah, kenapa sih ibu harus pergi meninggalkan kita dengan begitu cepatnya?
Ayah:
Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, nak.
Bawang Putih:
Ya, sudah lah, yah.. memang sudah menjadi ketentuan yang maha kuasa.
Ayah:
Ya, benar anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya.
Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan diri untuk berkunjung kerumah Bawang Putih. Ibu Bawang Merah sering membawakan makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya, membantu Bawang Putih bersih-bersih rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan.
Ibu Bawang Merah:
Bawang Putih... ini saya bawakan makanan untuk kamu.
Bawang Putih:
Iya, terima kasih banyak bu sudah membawakan makanan untuk Bawang Putih.
Ibu Bawang Merah:
Ya, sama-sama, ibu cuman nggak pengen lihat kamu kurang makan. Ya sudah, kalau gitu ibu pamit pulang dulu.
Ayah Bawang Putih : Bu, nitip salam ya buat Bawang Merah.
Ibu Bawang Merah: Iya, nanti aku sampaikan ke Bawang Merah.
Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat baik hati membuat ayah Bawang Putih kepikiran untuk menikahi ibu Bawang Merah. Dengan meminta pertimbangan dari Bawang Putih, kemudian ayah Bawang Putih menikah dengan ibu Bawang Merah.
Ayah Bawang Putih:
Bawang Putih, andai saja ayah menikahi dengan ibu Bawang Merah, apakah kamu setuju, nak?
Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang menginginkannya, kenapa aku harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu kan baik hati.
Ayah Bawang Putih:
Baiklah nak kalau begitu, terimakasih atas izin kamu. Bagaimana denganmu Bawang Merah? apakah kamu juga setuju?
Bawang Merah:
Aku juga setuju, ibu setuju juga kan?
Ibu Bawang Merah:
Ya, ibu juga setuju dengan niatan ayah Bawang Putih untuk menikahi ibu.
Diawal-awal pernikahan, ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersikap sangat baik kepada Bawang Putih. Namun, lama-kelamaan tabiat sesungguhnya mereka akhirnya mulai kelihatan. Bawang Merah dan ibunya sering kali memarahi Bawang Putih dan tidak jarang memberinya pekerjaan yang berat manakala ayah Bawang Putih sedang tidak ada dirumah. Karena Ayah Bawang Putih sedang berdagang, maka ayah Bawamg Putih tidak tahu-menahu perihal perlakukan ibu tirinya itu karena Bawang Putih sendiri tidak pernah menceritakan perlakukan ibu tirinya itu kepada ayahnya.
Ibu:
Putih.. kamu harus membersihkan lantai ya, cuci piring, dan semua pekerjaan rumah harus kamu bereskan!
Bawang Putih:
Iya, Baik bu, akan Putih kerjakan.
Bawang Merah:
Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan nggak berantakan.
Bawang Putih:
Baik kak, akan Putih bersihkan.
Pada suatu hari ayah Bawang Putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia. Kini Bawang Putih tidak lagi punya ayah dan juga ibu.
Ayah:
Bawang Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin bisa disembuhkan lagi.
Bawang Putih:
Ayah, Putih mohon sama ayah, jangan tinggalin Putih, yah! Putih akan sama siapa lagi, yah?
Ayah:
Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya, nak.
Bawang Putih:
Iya, ayah.
Ayah:
Bu, aku titip Putih ya? Tolong jagain Putih, dan aku mohon ibu bisa menganggap dia seperti anak ibu sendiri.
Ibu Bawang Merah:
Ya, baik ayah.
Bawang Putih:
Ayah.. jangan tinggalkan Putih, yah! (Bawang Putih bercucuran air mata)
Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa dan bertindak semena-mena terhadap Bawang Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh Bawang Merah dan ibunya.
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
eidbsisjzjsnsizoztfdswqqqqapakau
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh zikrinodebat dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Fri, 06 Jan 23