Lambang nu diresmikan pada muktamar nu ke berapa dan di

Berikut ini adalah pertanyaan dari azzamkhalif2may pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Lambang nu diresmikan pada muktamar nu ke berapa dan di kota?

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Penjelasan:

Karena itulah, acara muktamar tampaknya sengaja dibuat sedemikian marak. Hotel Peneleh, tempat berlangsungnya muktamar, ditata apik. Umbul-umbul dengan beraneka warna menghiasi dan memenuhi halaman hotel yang luas. Benar-benar mengesankan bahwa di situ tengah dilangsungkan sebuah pertemuan akbar.

Yang tak kalah menarik adalah sebuah vandel berukuran besar bergambar lambang organisasi NU yang dipasang tepat di pintu gerbang Hotel Peneleh. Pemandangan itu begitu mencolok. Setiap warga kota Surabaya yang lewat di depan Hotel Peneleh pasti tertegun demi melihat keelokan lambang NU itu. Lambang itu masih asing karena memang baru pertama kali ditampilkan.

Pejabat yang mewakili pemerintah Hindia Belanda yang datang dari Jakarta mengikuti acara pembukaan muktamar pun tak luput dibuat penasaran. Dia lantas bertanya kepada Bupati Surabaya yang mendampinginya, apa arti lambang itu. Bupati tak bisa menjawab. Karena itu ia lantas menanyakannya kepada yang punya qawe. Ketua NU waktu itu, H. Hasan Gipo, pun tak bisa memberikan keterangan. Dia hanya bisa menyampaikan bahwa lambang itu diciptakan oleh Kiai Ridlwan Abdullah.

Untuk menjawab teka-teki makna lambang NU itu, lalu diadakan majelis khusus guna menjelaskan dan membahas arti lambang. Beberapa orang wakil dari pemerintah dan para kiai dilibatkan dalam forum ini. Tak ketinggalan Hadhratusysyaikh Hasyim Asy’ari juga secara aktif mengikuti rapat dalam majelis itu. Kiai Raden Adnan dari Solo bertindak sebagai notulen. Sang pencipta lambang, K.H. Ridlwan, diminta memberikan presentasi untuk yang pertama kalinya. Kiai yang biasanya lebih banyak diam di forum-forum pertemuan ini ternyata dengan lancar dapat menjelaskan dan menguraikan secara terperinci arti lambang itu walaupun tidak ada persiapan sebelumnya. Semuanya serba spontan sebab majelis itu sendiri diadakan mendadak.

Dalam penjelasannya, Kiai Ridlwan menguraikan bahwa tampar (tali) melambangkan agama sesuai dengan firman Allah: “Berpegang teguhlah pada tali Allah, dan janganlah bercerai-barai.” Posisi tampar yang melingkari bumi melambangkan ukhuwah kaum Muslim seluruh dunia. Untaian tampar berjumlah 99 buah melambangkan Asmaul Husna. Bintang sembilan melambangkan Wali Songo. Adapun bintang besar yang berada di tengah bagian atas melambangkan Nabi besar Muhammad Saw; empat bintang kecil di samping kiri dan kanan melambangkan Khulafaur Rasyidin; dan empat bintang kecil di bagian bawah melambangkan madzahibul arba’ah.

SURABAYA, 1927. Tepatnya pada Ahad, 9 Oktober 1927 M, bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Tsani 1346 H, Muktamar NU ke-2 digelar. Sebagai organisasi baru yang usianya belum mencapai dua tahun (NU berdiri pada 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1345 H), NU agaknya memang perlu melakukan show of force. Setidaknya agar kehadiran organisasi yang didirikan oleh para ulama ini dapat dikenal kalangan masyarakat lebih luas. ( singkatnya )

ohh mungkin perlu di show of force lagi, soalnya itu pelajaran aswaja disekolah^

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh unknown dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 28 Jul 21