Tema: Tema utama naskah ini adalah asal-usul terbentuknya kota Majalengka dan kebudayaan yang berkembang di dalamnya.

Alur: Alur cerita dalam naskah ini tergolong maju, dimulai dari pengenalan tokoh dan latar tempat, kemudian berlanjut dengan perjalanan Sanghyang Pakualam untuk membuka hutan dan mendirikan kota Majalengka, serta perjuangan Sanghyang Jayengrana untuk mempertahankan kota dari serangan musuh.

Setting: Setting cerita berlangsung di beberapa tempat, seperti hutan, sungai, dan kota Majalengka.

Tokoh: Tokoh utama dalam naskah ini adalah Sanghyang Pakualam dan Sanghyang Jayengrana. Selain itu, terdapat pula tokoh pendukung seperti raja-raja dan para pembantu mereka.

Sudut pandang: Naskah ini ditulis dengan sudut pandang orang ketiga, di mana pengarang menceritakan kisah ini secara objektif tanpa menyatakan pendapat atau perasaan pribadi.

Gaya bahasa: Bahasa yang digunakan dalam naskah ini kaya dengan kosakata kuno dan bercampur dengan bahasa Jawa. Selain itu, terdapat juga ungkapan dan peribahasa khas Jawa.

Pesan moral: Naskah ini mengandung pesan moral tentang pentingnya kebersamaan dan persatuan dalam mempertahankan kota dan menjaga kebudayaan yang ada di dalamnya.