Berikut ini adalah pertanyaan dari fajaroktober353 pada mata pelajaran B. Daerah untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Krama merupakan noda satu tingkatan bahasa dalam Bahasa Jawa. Bahasa ini paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Pemakaiannya sangat berpihak kepada yang benar bagi bercakap dengan orang yang dihormati atau orang yang semakin tua.
Terdapat 2 Jenis Bahasa Krama yakni, Krama inggil alus dan krama madya. Krama Inggil merupakan bahasa jawa yang paling tinggi, biasa dipergunakan bagi menghormati orang-orang yang semakin tua atau semakin mempunyai ilmu. sedangkan krama madya merupakan bahasa jawa yang setingkat berada dibawah krama inggil, biasa dipergunakan bagi orang yang setingkat namun bagi menunjukkan sikap yang semakin sopan.Daftar pokok
1 Deskripsi
1.1 Krama Lugu / krama madya
1.2 Krama andhap
1.3 Krama Alus / karma inggil
Deskripsi
Yang dimaksud dengan ragam krama merupakan bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur pokok di dalam ragam krama merupakan leksikon krama bukan leksikon yang lain. Afiks yang muncul dalam ragam ini pun semuanya berwujud krama (misalnya, afiks dipun-, -ipun, dan –aken). Ragam krama dipergunakan oleh mereka yang belum akrab dan oleh mereka yang merasa dirinya semakin rendah status sosialnya daripada lawan bicara. Ragam krama mempunyai tiga bentuk varian, yaitu krama lugu, karma andhap dan krama alus (Sasangka 2004:104).
Krama Lugu / krama madya
Secara semantis ragam krama lugu dapat diartikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan ngoko alus, ragam krama lugu tetap menunjukkan kadar kehalusan (Sasangka 2004:105).
Contoh:
Niki bathike sing pundi sing ajeng diijolake? ‘Batik ini yang mana yang akan ditukarkan?’
Mbak, njenengan wau dipadosi bapak. ‘Mbak, Anda tadi dicari bapak’
Tampak afiks di- pada diijolake ‘ditukarkan’ dan dipadosi “dicari’ merupakan afiks ngoko yang semakin sering muncul dalm unggah-ungguh ini darpada afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Contoh kalimat di atas mempunyai tujuan bagi menurunkan derajat kehalusan (Sasangka2004:108-109)
Krama andhap
Krama andhap yaitu bentuk krama yang dipergunakan bagi menghormati lawan bicara dengan prosedur merendahkan diri sendiri.
Contoh:
Bapak kajenge sowan mareng griyani njenengan. “bapak berhasrat pergi kerumah anda”
Krama Alus / karma inggil
Yang dimaksud dengan krama alus merupakan bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Meskopun begitu, yang menjadi leksikon pokok dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berwujud krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul di dalam tingkat tutur ini. Selain itu, leksikon krama inggil atau krama andhap –secara konsisten- selalu dipergunakan bagi penghormatan terhadap mitra wicara.
Secara semantis ragam krama alus dapat diartikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya tinggi (Sasangka 2004:111).
Contoh:
Arta punika kedah dipunlintokaken wonten bank ingkang dumunung ing kitha. ‘uang ini harus ditukarkan di bank yang berada di kota’
Tampak bahwa afiks dipun- ‘di’ seperti pada dipunlintokaken ‘ditukarkan’ merupakan afiks penanda leksikon krama (Sarangka 2004:113). Cafid (Pend. Bahasa dan Sastra Jawa Unnes).
Contoh dari bahasa ngoko
Angka dalam bahasa Jawa krama
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh azi01 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Thu, 06 Jan 22