apa yang dimaksud dengan shiratul mustaqim menurut tafsir Ibay katsir?​

Berikut ini adalah pertanyaan dari safifaannura pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Apa yang dimaksud dengan shiratul mustaqim menurut tafsir Ibay katsir?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

shiratul mustaqim artinya jalan yang lurus

Tunjukilah kami jalan yang lurus”

Surah Al-Fatihah diawali dengan pujian kepada Allah, lalu beralih pada meminta.

وهذا أكمل أحوال السائل، أن يمدح مسؤوله، ثم يسأل حاجته [وحاجة إخوانه المؤمنين بقوله: { اهدنا } ] ، لأنه أنجح للحاجة وأنجع للإجابة

“Inilah kesempurnaan keadaan orang yang meminta (berdoa) yaitu, ia memuji Allah kemudian meminta hajatnya dan hajat saudaranya yang beriman yaitu memohon hidayah (ihdinaash shiroothol mustaqiim, tunjukilah kepada kami ke jalan yang lurus). Hajat tersebut akan lebih cepat tertunaikan dan lebih manfaat untuk diijabahi.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:208)

Meminta hidayah yang dimaksud di sini adalah irsyad wa taufiq (pembimbingan dan taufik). Ibnu Katsir berkata,

والهداية هاهنا: الإرشاد والتوفيق

“Hidayah yang dimaksud (dalam ayat ihdinash shiroothol mustaqiim) adalah hidayah irsyad dan taufiq.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:209)

Hidayah sendiri menurut para ulama ada dua macam –sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin–yaitu:

1- Hidayah ilmi wa irsyad, yaitu hanya sekadar memberikan penjelasan.

2- Hidayah taufiq wa ‘amal, yaitu menerima dan menjalankan syariat.

Contoh ayat yang membicarakan hidayah jenis pertama adalah,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Contoh ayat yang membicarakan hidayah taufiq wa ‘amal,

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)

Hidayah jenis kedua (untuk menerima kebenaran) ada yang terhalang untuk mendapatkannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَىٰ عَلَى الْهُدَىٰ فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Fussilat: 17). Ayat menyebutkan “fahadaynaahum” (Kami beri petunjuk) yaitu Kami beri kepada mereka petunjuk pada kebenaran, akan tetapi mereka tidak mau menerima. Lihat bahasan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm. 17-18.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa adapun shirothol mustaqiim sebagaimana dikatakan oleh Abu Jafar Ibnu Jarir, ‘Para ulama pakar tafsir semua sepakat bahwa shiroothol mustaqim adalah:

هُوَ الطَّرِيْقُ الوَاضِحُ الَّذِي لاَ اِعْوِجَاجَ فِيْهِ

“Jalan yang jelas yang tidak menyimpang dari garis lurus.’” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:209)

Para ulama yang dulu dan belakangan memiliki perbedaan dalam menafsirkan jalan yang lurus ini. Kata Ibnu Katsir,

وإن كان يرجع حاصلها إلى شيء واحد، وهو المتابعة لله وللرسول

“Walaupun semua pengertian shirothol mustaqim akan kembali pada satu pengertian yaitu mengikuti Allah dan Rasul-Nya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:209)

Ikhtisar dari yang disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, shirothol mustaqim adalah:

Jalan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jalan para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Kebenaran.

Islam.

Al-Qur’an.

Setelah menyebutkan pendapat-pendapat ini, Ibnu Katsir rahimahullah menyampaikan,

وكل هذه الأقوال صحيحة، وهي متلازمة، فإن من اتبع النبي صلى الله عليه وسلم، واقتدى باللذين من بعده أبي بكر وعمر، فقد اتبع الحق، ومن اتبع الحق فقد اتبع الإسلام، ومن اتبع الإسلام فقد اتبع القرآن، وهو كتاب الله وحبله المتين، وصراطه المستقيم، فكلها صحيحة يصدق بعضها بعضا، ولله الحمد.

“Semua pengertian di atas itu benar dan semua makna di atas itu saling terkait. Siapa yang mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti sahabat sesudahnya yaitu Abu Bakar dan Umar, maka ia telah mengikuti kebenaran. Siapa yang mengikuti kebenaran, berarti ia telah mengikuti Islam. Siapa yang mengikuti Islam, berarti ia telah mengikuti Al-Qur’an (Kitabullah), itulah tali Allah yang kokoh. Itulah semua ash-shirothol mustaqim (jalan yang lurus). Semua pengertian di atas itu benar saling mendukung satu dan lainnya. Walillahil hamd.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:213)

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh lestaluhuismail4 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 24 Jan 22