maulana malik ibrahim tidak pernah memandang kasta manusia. Bagaimakah sambutan

Berikut ini adalah pertanyaan dari ayu388247 pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

maulana malik ibrahim tidak pernah memandang kasta manusia. Bagaimakah sambutan beliau terhadap kaum miskin yang ingin memeluk agama Islam? Jelaskan.​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

1. Dikalangan rakyat jelata Syekh Maulana Malik Ibrahim sangat terkenal, terutama dari kalangan kasta rendah. Sebagaimana diketahui agama Hindu membagi masyarakat menjadi 4 kasta yaitu ; kasta brahmana, ksatria, waisya dan sudra. Dari ke empat kasta tersebut kasta sudra adalah yang paling rendah dan sering di tindas oleh kasta-kasta yang lebih tinggi.

Kasta Brahmana, orang yang mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual seperti sulinggih, pandita dan rohaniawan. Selain itu disandang oleh para pribumi.

Kasta Ksatria, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan. Seseorang yang menyandang gelar ini tidak memiliki harta pribadi semua harta milik negara.

Kasta Waisya, orang yang telah memiliki pekerjaan dan harta benda sendiri petani, nelayan, pedagang, dan lain-lain.

Kasta Sudra, pelayan bagi ketiga kasta di atasnya.

2. Beliau memang bukan orang Jawa asli, sehingga saat masuk ke Jawa untuk berdakwah, metode dakwah utama yang dilakukannya adalah dengan mempelajari bahasa di daerah tersebut, yakni Bahasa Jawa.

Berdagang, juga menjadi metode dakwah yang dirasa paling efektif bagi mereka. Beliau membangun toko dan juga berdagang keliling, sehingga bisa sambil berdakwah.

Interaksi Sunan Gresik bukan hanya dengan penduduk saja, melainkan juga dengan raja Majapahit yang saat itu dipegang oleh Prabu Brawijaya. Beliau meminta ijin kepada raja untuk menyebarkan ajaran Agama Islam di wilayah Majapahit.

Raja Majapahit beragama Hindu dan belum mau masuk Islam, begitupun dengan penduduknya yang juga sangat sulit pindah agama. Hal tersebut bukan halangan bagi Sunan Gresik yang terus berjuang mengenalkan keindahan Agama Islam.

Adapun sebuah pesantren yang telah dibangun oleh Sunan Gresik untuk mempermudah dakwahnya. Di mana pesantren ini bangunannya dibuat mirip dengan bangunan vihara yang di mix dengan pura, sehingga para penganut Hindu dan Buddha merasa dihargai dan mau untuk datang memenuhi undangan dakwah Sunan Gresik.

Adapun dampak positif dari pendirian pesantren tersebut yang bisa dirasakan sampai sekarang, yakni muncul banyak pendakwah atau mubaligh di berbagai tempat di Indonesia. Sunan Gresik mendidik murid-muridnya untuk menjadi mubaligh sehingga meneruskan perjuangannya berdakwah.

Pesantrennya hanya dibangun di satu tempat, tetapi ajarannya sampai ke seluruh pelosok negeri. Namun di dalam keberhasilannya mengajak penduduk untuk pindah agama ke Islam ternyata tidak dibarengi dengan persetujuan rajanya yang masih kukuh untuk beragama Hindu.

Yang ditakutkan oleh Sunan adalah jika suatu hari ada perpecahan antara raja dan rakyatnya karena masalah perbedaan keyakinan.

Sudah berkali-kali Sunan mendatangi raja untuk mengajaknya masuk Islam, namun raja tidak mau, malah mengajukan syarat, yakni jika Dewi Sari, anak Raja Carmain, mau menjadi istrinya, maka dia akan masuk Islam.

Jasa dan perjuangan sunan Gresik :

Orang yg pertama kali menyebarkan islam di tanah jawa.

Sering berdakwah

Menegakkan ajaran - ajaran islam

Mengedepankan silaturahmi dan toleransi

3. Jasa sunan Kalijaga khususnya daerah Jawa :

Berdakwah hingga menjadikan Banten sebagai Kerajan Islam

Berhasil menyebarkan islam di Jawa Barat yang dilakukan secara damai dan tanpa peperangan. Daerah-daerah penyebaran islam di Jawa Barat olehnya dimulai dari daerah Indramayu, Majalengka, Cianjur, Garut, Sumedang, hingga ke Jayakarta.

Membantu pembangunan Masjid Demak di Kerajaan Demak

Berkontribusi mengajarkan dan membuat peraturan islami ketika Jawa sudah berada pada masa kerajaan Islam. Sunan Gunung Jati pernah mengajarkan tata cara berdoa, tata cara pengobatan, serta tata cara membuka hutan sesuai dengan syariat islam.

Mempelopori pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kesultanan Cirebon, saat ia memerintah sebagai Sultan di Cirebon.

4. Budaya Jawa kaya akan falsafah hidup yang luhur dan menjadi pedoman untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. Salah

satu falsafah tersebut berbunyi “Narimo ing Pandum”. Narimo ing pandum merupakan sikap menerima dengan utuh terhadap apa yang diberikan oleh kehidupan. Falsafah narimo ing pandum mengandung tiga konstruk psikologis, yaitu penerimaan, kesabaran, dan kebersyukuran.

5. “Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin”, adalah kalimat atau ungkapan tentang nilai kependidikan yang diciptakan oleh Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Kalimat ini dianggap sebagai inti ajaran Sunan Gunung Jati dan masih diajarkan oleh keturunannya melalui Sultan Kasepuhan Cirebon (Wildan, 2012 : 244). Kalimat ini bernilai amanah kekhalifahan dari seorang penyebar agama Islam di Cirebon yakni Sunan Gunung Jati, kepada para calon pemimpin yang kelak dipercaya untuk memimpin masyarakat Cirebon yang taraf pendidikan dan ekonominya masih terbelakang. Tajug adalah simbol peribadatan dan kependidikan sedangkan fakir miskin melambangkan perkenomian masyarakat Cirebon. Setiap pemimpin bertanggungjawab langsung terhadap kualitas keagamaan dan pendidikan, serta kesejahteraan ekonomi rakyatnya.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh revaapriliasiregar09 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 04 Jul 22