Berikut ini adalah pertanyaan dari agekfeby8989 pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
PENJELASAN :
1. Hadis Ditinjau dari Segi Kuantitas :
Dalam menransmisikan hadis, Nabi Muhammad Saw. terkadang berhadapan langsung dengan sahabat yang jumlahnya sangat banyak karena pada saat itu nabi sedang memberikan khutbah di hadapan kaum Muslimin, kadang hanya beberapa sahabat, bahkan juga bisa terjadi hanya satu atau dua orang sahabat saja. Demikian itu terus terjadi dari sahabat ke tabi’in sampai pada generasi yang menghimpun hadis dalam berbagai kitab. Dan sudah barang tentu informasi yang dibawa oleh banyak rawi lebih meyakinkan apabila dibandingkan dengan informasi yang dibawa oleh satu atau dua orang rawi saja. Dari sinilah, para ahli hadis membagi hadis menurut jumlah rawinya.
a. Hadis Mutawatir
Kata Mutawatir secara etimologi berarti Muttabi’ atau yang artinya yang datang beturut-turut dan tidak ada jarak. Sedangkan secara terminologi hadis mutawatir adalah, “Hadis mutawatir adalah hadis yang merupakan tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.”
Menurut pendapat para ulama ahli hadis, bahwa tidak boleh ada keraguan sedikit pun dalam memakai hadis mutawatir. Hadis mutawatir harus diyakini dan dipercayai dengan sepenuh hati. Hal ini sama halnya dengan pengetahuan kita tentang adanya udara, angin, panas, dingin, air, api dan jiwa, yang tanpa membutuhkan penelitian ulang kita sudah percaya akan keberadaannya. Jadi, dengan kata lain nahwa hukum hadis mutawatir adalah bersifat qat’i (pasti).
b. Hadis Ahad
Yang dimaksud hadis ahad yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua, tiga orang atau lebih namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Artinya, pada tiap tiap tabaqah (tingkatan), jumlah rawi hadis ahad bisa hanya terdiri dari satu rawi, dua, atau tiga rawi saja dan tidak mencapai derajat mutawatir.
Hadis ahad dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis garib.
1) Hadis Masyhur : Definisi hadis masyhur adalah, "Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun belum mencapai derajat mutawatir." Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw. oleh beberapa orang sahabat namun tidak mencapai tingkat mutawatir. bisa jadi, pada thabaqah (tingkatan) tabiin atau setelahnya hadis itu diriwayatkan secara mutawatir.
2) Hadis Aziz : Definisi hadis azrz adalah: “Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu habaqah. Kemudian pada habaqah selanjutnya banyak rawi yang meriwayatkannya.” Dari definisi tersebut di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadis aziz yaitu hadis yang pada salah satu atau setiap thabaqah (tingkatan) rawinya hanya dijumpai dua rawi saja.
3) Hadis Garib : Dari definisi, dapat katakan bahwa yang dimaksud dengan hadis garib yaitu hadis yang diriwayatkan oleh hanya seorang rawi saja, baik dalam seluruh tingkatan sanad atau pada salah satu tingkatan sanadnya. Adapun yang dimaksud dengan sanad menyendiri pada suatu hadis yaitu rawi yang meriwayatkan hadis secara sendirian tanpa ada rawi yang lain.
2. Hadis Ditinjau dari Segi Kualitas
a. Hadis Sahih
Definisi hadis sahih menurut Ibnu Shalah adalah: "Hadis sahih adalah hadis musnad (hadis yang mempunyai sanad) yang bersambung sanadnya, dan dinukil oleh seorang yang adil dan dabit dari orang yang adil dan dlabit, hingga akhir sanadnya, tanpa ada kejanggalan dan cacat." Dari definisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis sahih yaitu hadis yang sanadnya bersambung (tidak putus) dan para rawi yang meriwayatkan hadis tersebut adalah adil dan dlabit, serta dalam matan hadis tersebut tidak ada kejanggalan (syak) dan cacat (‘illah).
b. Hadis Hasan
Kata hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti al-jamalu, yang artinya kecantikan dan keindahan. Adapun tentang definisi hadis hasan, ada perbedaan pendapat di kalangan para muhaddisin. Pendapat Abu Isa at-Tirmizi tentang hadis hasan: "Hadis yang dalam sanadnya tidak terdapat orang yang tertuduh bohong, hadisnya tidak janggal, serta diriwayatkan tidak hanya dalam satu jalur rawian." Definisi hadis hasan yang dikemukakan oleh at-Tirmizi ini masih umum dan hampir sama dengan definisi hadis sahih. Sebab, hadis sahih juga mensyaratkan sanadnya tidak tertuduh dusta, hadisnya tidak janggal, dan tidak hanya terdapat satu jalur rawi saja.
c. Hadis Da’if
Definisi hadis daif adalah: “Hadis yang tidak memenuhi syarat diterimanya suatu hadis dikarenakan hilangnya salah satu syarat dari beberapa syarat yang ada.” Dari definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa jika salah satu syarat dari beberapa syarat diterimanya suatu hadis tidak ada, maka hadis tersebut diklasifi- kasikan ke dalam hadis daif. Para ulama ada perbedaan pendapat mengenai masalah hukum menggunakan hadis da’if. Mayoritas ulama membolehkan mengambil hadis iaif sebagai hujjah, apabila terbatas pada masalah fadal’ilul 'amal.
SEMOGA MEMBANTU, DAN JADIKAN JAWABAN TERBAIK YA... ^_^
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Daffapro235 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Tue, 15 Aug 23