Berikut ini adalah pertanyaan dari Nisriin28 pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Dari segi bahasa, akidah berakar pada kata aqada-ya’qidu ‘aqdan wa aqidah yang mengandung arti: mengikat (as-syadd), berjanji (al-ahd), membenarkan (al-tashdiq), kemestian (al-luzum), dan kepastian (al-ta’kid).
Atas dasar makna leksikal inilah, akidah dalam Islam dimaknai sebagai keimanan atau keyakinan yang pasti (tidak ada keraguan sedikitpun) kepada masalah-masalah gaib dan dasar-dasar ajaran Islam (ushuluddin) yang diberitakan oleh ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shahih.
Akidah Islam tercermin dalam rukun Iman (iman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, hari akhir, qadha’ dan Qadar).
Esensi akidah Islam adalah tauhid, diformulasikan dalam dua kalimat syahadat: asyhadu an la ila illa Allah; wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Akidah yang tidak sesuai dengan la ilaha illa Allah berarti menyimpang dari akidah Islam.
Karena itu, Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, antara lain, untuk meluruskan akidah umat terdahulu yang sudah mengalami penyimpangan, seperti: anggapan kalangan Yahudi, Uzair anak Allah; dan keyakinan kaum Nashrani, Nabi Isa AS anak Allah, padahal Isa putra Maryam.
Berakidah tauhid pada dasarnya merupakan fitrah manusia karena ketika di alam arham semua manusia pernah berjanji setia dan berkomitmen kepada Allah untuk bertauhid: mengenal dan mengesakan Allah.
Sejak ruh ditiupkan (istilah komputernya: di-install), manusia telah memiliki sifat lahut (ketuhanan), sehingga ia selalu berusaha mendekati-Nya. Selain itu, manusia memiliki ketergantungan dan kebutuhan spiritual kepada-Nya, karena manusia tidak bisa hidup tanpa pertolongan-Nya.
Manusia juga membutuhkan petunjuk dan peta jalan kehidupan yang benar, baik, indah, dan membahagiakan, karena ia merupakan bagian integral dari makrokosmos ciptaan Allah. Manusia hidup karena ada yang Mahahidup dan menghidupkan, yaitu Allah.
Manusia harus tunduk dan patuh kepada syariat-Nya, karena jalan terbaik dalam hidup ini adalah meneladani sifat-sifat dan Asma’ul Husna-Nya.
Dengan meneladani sifat-sifat dan nama-nama baik-Nya, menusia dapat mengotimalkan potensi dirinya untuk hamba yang shalih dan mushlih (innovatif, reformis, konstruktif, tidak berbuat kerusakan di muka bumi).
Akidah tauhid harus dimaknai secara komprehensif dan menjadi komitmen teologis Muslim sebagaimana tercermin dalam Iyyaka na’budu wa iyyaka nas’ta’in (Hanya kepada Engkau kami beribadah, dan hanya kepada Engkau pula kami memohon pertolongan).
Komitmen berimplikasi mendasar bahwa Muslim tidak boleh melakukan perselingkuhan teologis (syirik). Misalnya saja kita rajin shalat, tetapi dalam waktu bersamaan kita masih percaya kepada selain-Nya seperti: tempat-tempat yang diyakini kramat, klenik, benda-benda tertentu yang diyakini bias membawa peruntungan, dan sebagainya.
Akidah tauhid harus ditindaklanjuti dalam bentuk ibadah yang ikhlas hanya kepada Allah dan ibadah ini dipahami sebagai tujuan utama penciptaan manusia (QS az-Dzariyat/51: 56). Oleh karena itu, Mukmin harus meyakini diterima dan tidaknya amal, sangat bergantung pada tauhidnya.
Kesempurnaan amal juga bergantung pada kesempurnaan tauhidnya. Allah berfirman: “Dan orang-orang kafir itu amal mereka bagaikan fatamorgana di tanah datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga
Penjelasan:TERIMA KASIH
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh bambangs123 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sun, 08 May 22