Jawaban:

1. Proses tahkim antara Khalifah Ali dan Muawiyah terjadi setelah Pertempuran Siffin pada tahun 657 M. Kedua belah pihak setuju untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut dan mencari penyelesaian melalui tahkim (arbitrase). Mereka setuju untuk memilih tiga hakim yang dianggap adil dan bijaksana, yang akan memutuskan sengketa antara keduanya. Namun, tahkim ini tidak mencapai hasil yang memuaskan, karena salah satu hakim dipilih oleh Muawiyah mengkhianati tugasnya dan memihak kepadanya. Akibatnya, tahkim gagal dan sengketa berlanjut, yang akhirnya berakhir dengan kemenangan Muawiyah dan berkuasanya dinasti Umayyah.

2. Kaum Khawarij adalah kelompok yang melakukan pemberontakan terhadap Khalifah Ali pada awal abad ke-7 M. Mereka adalah kelompok yang ekstrem dalam keyakinan keagamaan mereka dan mempertentangkan Ali sebagai khalifah. Mereka merasa bahwa Ali mengkhianati prinsip-prinsip Islam dengan menerima tahkim (arbitrase) dalam konflik dengan Muawiyah setelah Pertempuran Siffin. Kaum Khawarij menolak kompromi dan menganggapnya sebagai bentuk penghianatan terhadap prinsip-prinsip keadilan Allah. Pemberontakan mereka terhadap Ali dan kelompoknya memuncak dengan pembunuhan Ali pada tahun 661 M.

3. Kaum Khawarij masih menyimpan dendam kepada Khalifah Ali setelah kalah perang dan terbunuh karena mereka menganggap bahwa Ali mengkhianati prinsip-prinsip Islam dengan menerima tahkim dalam konflik dengan Muawiyah. Mereka memandang Ali sebagai seorang yang tidak setia terhadap ajaran Islam dan menganggapnya sebagai seorang murtad (penyimpang dari agama). Kaum Khawarij merasa bahwa tindakan Ali adalah pengkhianatan terhadap keadilan Allah dan prinsip-prinsip Islam yang benar. Dendam mereka terhadap Ali adalah akibat keyakinan fanatik mereka terhadap prinsip-prinsip keagamaan yang mereka anggap tak bisa ditawar-tawar.

maaf kalau salah