Bagaimana cara menyelesaikan perbedaan pendapat antara kelompok mujahirin dan Anshar

Berikut ini adalah pertanyaan dari rran32747 pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Bagaimana cara menyelesaikan perbedaan pendapat antara kelompok mujahirin dan Anshar dalam menentukan kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat ?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Saat Rasulullah wafat, banyak orang tak bisa menerima. Umar bin Khattab, sahabat Nabi terkemuka, bahkan menghunus pedang dan mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan Nabi wafat. Orang-orang panik dan gundah. Betapa tidak, sang junjungan, pemungkas para nabi, telah pergi untuk selama-lamanya.

Dalam situasi seperti itu, Abu Bakar Al-Shiddiq, sahabat Nabi yang terkenal lembut hatinya, hadir menyelamatkan akidah kaum Muslimin.

“Wahai sekalian manusia, barang siapa menyembah Muhammad, ketahuilah sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barang siapa menyembah Allah, sesungguhnya Dia Maha Hidup dan tak akan pernah mati," ucapnya seperti terdapat dalam Abu Bakar Al-Shiddiq: Khalifah Pembawa Kebenaran (2014) karya Khalid Muhammad Khalid.

Kaum Muslimin seketika tersadar. Namun, hal itu bukan berarti membuat jalan yang hendak ditempuh sepeninggal Rasulullah menjadi mudah. Abu Bakar yang kelak menjadi khalifah pertama mesti menghadapi persoalan politik yang hebat. Pada pusaran ini pula muncul bibit-bibit perpecahan yang melahirkan sentimen tak berkesudahan antara Suni dan Syiah.

Muhammad Husain Haekal dalam Abu Bakar As-Siddiq: Sebuah Biografi dan Studi Analisis Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi (2003) mencatat, ketegangan mula-mula muncul dari perbedaan status kaum Muslimin di Madinah, yakni kaum Ansar dan Muhajirin.

Ansar yang merasa telah membantu Rasulullah dan kaum Muhajirin saat mereka didustakan di Makkah, merasa lebih berhak meneruskan tampuk kepemimpinan. Lagi pula, pusat kepemimpinan Islam berada di Madinah, di kampung mereka sendiri.

Mereka segera berkumpul di sebuah tempat bernama Saqifah bani Sa’idah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Ubadah dari suku Khazraj, meski ia dalam kondisi sakit. Ia berkata bahwa kepemimpinan Islam setelah Rasulullah mesti dipegang kaum Ansar.

“Tepat sekali pendapatmu, dan kami tak akan beranjak dari pendapat itu. Kami serahkan persoalan ini ke tanganmu. Demi kepentingan kaum Muslimin engkaulah pemimpin kami," jawab kaum Ansar serempak.

Di tempat terpisah, Abu Bakar sebagai mertua Rasulullah dan keluarga Nabi yang lain sedang berada di sekeliling jenazah Nabi. Mereka tengah mempersiapkan pemakaman. Sementara Umar bin Khattab mulai berpikir tentang suksesi kepemimpinan. Ia segera mendatangi sahabat Nabi yang lain, yakni Abu Ubaidah bin Jarrah.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh AlFauzan7 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 21 Jun 21