Berikut ini adalah pertanyaan dari marlinaanna19 pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Penjelasan:
Secara bahasa isti’adzah berarti doa untuk memohon perlindungan dan penjagaan. Secara istilah isti’adzah adalah kalimat yang dimaksudkan untuk memohon perlindungan dan penjagaan kepada Tuhan yang Maha Pelindung dari bisikan dan godaan syaitan. ADVERTISEMENT Ia bagaikan tabir untuk menghalangi datangnya keburukan yang tidak tampak, keburukan yang bersifat batiniah. Nabi secara tegas mengajarkan kepada dua sahabat yang sedang bertikai untuk membaca isti’adzah agar amarah dan angkuh dalam jiwanya melebur menjadi ketenangan. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa membaca isti’adzah merupakan permohonan agar terhindar dari hal-hal negatif yang bersifat batiniah, dan untuk mendatangkan kebaikan. Membaca isti’adzah merupakah anjuran yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, ia boleh dibaca kapan saja, lebih-lebih dibaca saat membaca Al-Qur’an. ADVERTISEMENT Baca juga: • Mengapa Surat at-Taubah Tak Dimulai dengan Basmalah? • Bolehkah Membaca Basmalah di Tengah-tengah Surat At-Taubah? Redaksi isti’adzah yang paling populer dan unggul menurut jumhur ulama dan praktisi ahli qira’at adalah (أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ) karena sesuai dengan nash Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam Al-Qur’an tertera pada surat al-Nahl ayat 98, (فإِذَا قَرَأْتَ اْلقُرْأَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ). Sedangkan dalam hadits yaitu diriwayatkan oleh Nafi’ dari Jubair bin Mut’im dari bapaknya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya Beliau membaca isti’adzah sebelum membaca Al-Qur’an persis seperti lafadz di atas”, (أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ). Ada banyak ragam redaksi yang akan penulis ulas pada tulisan berikutnya dalam pandangan para ahli qira’at. ADVERTISEMENT Para ulama sepakat bahwa isti’adzah bukan bagian dari Al-Qur’an. Meskipun demikian, jumhur ulama menganjurkan bagi orang yang hendak membaca Al-Qur’an untuk membacanya, baik ketika membaca di awal surat atau pertengahan surat. Tapi sebagian riwayat menyatakan bahwa anjuran di atas tidak sekadar anjuran yang bersifat tanpa tuntutan namun anjuran yang bersifat keharusan, yaitu wajib. ADVERTISEMENT Berangkat dari ayat 200 al-A’raf, ayat 98 Surat al-Nah, ayat 56 Surat Ghafir dan ayat 36 Surat Fussilat, (فَاسْتَعِذْ بِاللهِ), kiranya perlu dipetakan beberapa hal yang terkait dengan isti’adzah. Pertama, mengenai hukum membaca isti’adzah. Kedua waktu membaca isti’adzah; sebelum atau setelah membaca Al-Qur’an. Ketiga, cara membacanya; dikeraskan atau direndahkan suaranya saat membaca isti’adzah. Hukum Membaca Isti’adzah Mengenai hukum membaca isti’adzah para ulama berbeda pendapat. Hal ini didasarkan pada kalimat perintah (amr) yang terdapat pada ayat 98 Surat al-Nahl (فَاسْتَعِذْ بِاللهِ). Menurut jumhur ulama dan para ahli qira’at, kalimat amr (perintah) dalam ayat di atas mengindikasikan arti sunnah, maka tidak berdosa bagi orang yang tidak membaca isti’adzah. Sebab tidak ada tuntunan dari Nabi yang mengahruskan untuk membaca isti’adzah. Meskipun Nabi mengajarkan cara baca mengenai isti’adzah namun hal tersebut tidak diharuskan. Pendapat ini kemudian oleh banyak kalangan dianggap seperti ijma’. Sedangkan menurut sebagian ulama, membaca isti’adhah hukumnya wajib karena kalimat perintah dalam ayat di atas menunjukkan arti yang hakiki, yaitu harus dilaksanakan dan tidak ada petunjuk yang dapat merubah perintah tersebut. Menurut Ibnu Sirin kewajiban ini hanya cukup sekali seumur hidup. Oleh karena itu, apabila seorang telah membaca isti’adzah sekali saja dalam hidupnya, maka gugurlah kewajiban tersebut. Namun Imam Fakhruddin al-Razi, ia bersikukuh berpendapat bahwa secara tekstual ayat di atas menunjukkan perintah yang harus dilaksanakan. Menurutnya, hal ini diperkuat bahwa Nabi tidak pernah meninggalkan membaca isti’adzah. Oleh karena itu, berdosalah bagi orang yang tidak membaca isti’adzah. Selain itu, sebagian riwayat juga menyatakan bahwa kewajiban membaca isti’adzah ini hanya berlaku untuk Nabi, bukan untuk ummatnya. Kapan Isti’adzah Dibaca? Jika melihat pada ayat 98 Surat al-Nahl, maka membaca isti’adzah dilakukan setelah membaca Al-Qur’an, sebab menggunakan bentuk masa lampau (madhi).
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh pangeranwalker27 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Fri, 09 Jul 21