Berikut ini adalah pertanyaan dari reginafirday pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
tolong jelaskan secara rinci
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
dibaca normal 4 menit
Home Sosial Budaya
Transmigrasi: Pintu Perkembangan Islam di Manokwari
Reporter: Mawa Kresna
11 Januari 2019
View non-AMP version at tirto.id
Transmigrasi: Pintu Perkembangan Islam di Manokwari
Transmigrasi pada 1980-an dari Jawa ke Manokwari tak cuma mengubah demografi penduduk tapi juga mendorong penyebaran Islam di Papua.
tirto.id - Abdul Kholik Bukhori baru berusia 19 tahun saat menginjakkan kaki di Manokwari. Ia ingat betul kejadian janggal setiba di tanah tempat masuknya Injil pertama kali di Papua itu. Saat itu tiba-tiba ia didatangi seorang romo Katolik bernama Antonius Marsudi. Tanpa berkenalan lebih dulu, romo Marsudi langsung mengajak bicara.
“Kalau saya lihat adik ini orang yang agamis, orang pesantren. Tapi sayang, ilmu adik ini masih kurang banyak," kata si romo Marsudi.
Abdul Kholik merasa tersinggung sekaligus kaget. Memang benar ia hanyalah lulusan D3 agama Islam. Pendidikan dasar hingga SMA pun dijalaninya di pondok pesantren.
“Pak, saya ini mempelajari agama itu belum menghabiskan satu drum tinta. Sementara ilmu Allah itu kalau ditulis dengan tinta sebanyak dua lautan saja masih belum habis. Jadi pantas kalau ilmu saya itu kurang," jawabnya.
“Maksud saya bukan begitu," ujar Romo Marsudi. "Saya lihat adik ini bisa menjadi terang dunia, atau menjadi Rahmatan Lil 'alamin kalau disebut dalam agama Islam."
Abdul Kholik tak paham maksud si romo itu. Romo Marsudi lantas mengambil Alkitab dari tasnya, lalu memberikan kepada Abdul Kholik. “Maaf, saya seorang Islam, saya baca Quran," kata Abdul Kholik saat hendak diberi Alkitab.
Romo Marsudi lantas bertanya, apakah ia mengimani kitab Taurat, Injil, dan Zabur? Abdul Kholik mengangguk. “Kalau begitu, ini adik pelajari, nanti akan menemukan banyak kesamaan, dan akan berguna bagi adik di Papua," kata romo Marsudi, diceritakan ulang Abdul Kholik kepada saya, Desember lalu.
Abdul Kholik mengambil Alkitab itu, lalu berpamitan.
Kedatangan Abdul Kholik ke Manokwari memang masih terkait dengan obrolan janggalnya dengan romo Marsudi. Ayah Abdul Kholik, Kiai Bukhori, datang ke sana memang untuk misi agama. Ia diminta pemerintah untuk ikut program transmigrasi khusus untuk pembinaan umat Islam di Manokwari tahun 1983.
Sebelum memutuskan ikut transmigrasi, mereka sudah memiliki pondok pesantren di Banyuwangi. Pondok pesantren di Jawa Timur ini didirikan setelah peristiwa "Gerakan 30 September"--kejadian politik pembantaian massal terhadap anggota dan orang yang diduga simpatisan komunis di Jawa pada 1965-1966. Ponpes ini berdiri atas bantuan dana dan tanah wakaf dari mantan anggota Partai Komunis Indonesia, cerita Abdul Kholik. Sampai kini ponpes itu masih berdiri dan dikelola oleh kerabat.
Di Manokwari, keluarga Abdul Kholik akan membuat pesantren lagi. Di kemudian hari, mereka mendirikan Ponpes Salafiyah di Distrik Prafi, sebuah permukiman transmigran di Kabupaten Manokwari.
- semoga menbantu maaf klo salah jangan lupa ikuti aku ya dan jadikan jawababku yang terbaik
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh shitadewi1999 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Wed, 12 May 21