assalamualaikum tolong bantu aku kerjain tugas yamencari1.mubtada dibagi berapa? berikan

Berikut ini adalah pertanyaan dari syintianurmala21 pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Assalamualaikum tolong bantu aku kerjain tugas yamencari
1.mubtada dibagi berapa? berikan penjelasan dan contoh nya!
2.khobar ada berapa? berikan penjelasan dan contohnya!​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Hukum Mubtada

Mubtada’ memiliki lima hukum, antara lain:

Wajib rofa’. Sekali tempo mubtada’ dibaca jar dengan menggunakan ba’ (البَاء) atau min (مِنْ) yang keduanya berupa zaidah (tambahan), atau dengan menggunakan rubba (رُبَّ) yang mana rubba adalah huruf jar yang diserupakan dengan zaidah.

Seperti contoh; بِحَسْبِكَ اللهُ . ( بِحَسْبِكَ) ba’ adalah huruf jar zaidah, adapun lafadz ( حَسْب) di jarkan secara lafadz dengan menggunakan huruf ba’, dan lafadz ( حَسْب) mahal rofa’ / berkedudukan rofa’ bahwasannya lafadz tersebut menjadi mubtada’, adapun lafadz (اللهُ) menjadi khobarnya mubtada’.

Dan seperti contoh; هَل مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللهِ يَرْزُقُكُمْ

dan juga; يَارُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Wajib berupa isim ma’rifat, seperti contoh; مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ , atau berupa nakiroh mufidah (nakiroh yang bisa memberikan faedah), seperti contoh; مَجْلِسُ عِلْمٍ يُنتَفع به خيرٌ من عبادة سبعين سنة.

Adapun nakiroh mufidah itu bisa terwujud dengan salah satu syarat dibawah ini;

Dengan idhofah, baik secara lafadz, seperti contoh; خَمْسُ صَلَوَاتٍ كتبهُنَّ اللهُmaupun secara makna, seperti contoh; كُلٌّ يَمُوْتُ أي كُلُّ أحَدٍ يَموتُ

Adanya khobar berupa muqoddam dan berkedudukan menjadi dzorof atau jar majrur, seperti contoh; لِكُلِّ اَجَلٍ كِتَابٌ .

Jatuh setelah nafi, istifham, laula (لَوْلاَ), ataupun idzan (اِذًا) al-fuja’iyyah (yang bermakna kaget). Seperti contoh; مَا أحَدٌ عِنْدَنَا .

Jawaz (boleh) membuang mubtada’ bila menunjukkan suatu dalil, seperti ucapan “كيفَ سَعِيْدٌ؟” maka akan di jawab “مُجتَهِدٌ” maksudnya; هُوَ مُجْتَهِدٌ . mubtada’ yang berupa lafadz هُوَ disini dibuang, bolehnya membuang هُوَ (mubtada’) disini karena menunjukkan dalil, yakni menjadi jawab dari perkataan “كيفَ سَعِيْدٌ؟” . Dan seperti contoh dalam al-qur’an surat an-nur ayat 1; سُــْورَةٌ أنْزلْنَاهَا , lafadz سُــْورَةٌ menjadi khobar dari mubtada’ yang dibuang, kira-kiranya yaitu هَذِهِ سُــْورَةٌ .

Wajib membuang mubtada’, adapun dalam hal ini terjadi pada empat tempat, antara lain;

Ketika menunjukkan jawab qosam, seperti contoh;فْعَلَنَّ كَذَا فِي ذِمَّتِي لأ maksudnya;عَهْدٌ اَوْ مِيْثَاقٌ فِي ذِمَّتِي.

Ketika adanya khobar berupa mashdar yang mengganti dari fi’ilnya, seperti contoh; صَبْرٌ جَمِيْلٌ maksudnya صَبْرٌ جَمِيْل صَبْرِيْ .

Ketika adanya khobar dikhususkan dengan menggunakan makna memuji atau mencela yang jatuh setelah lafadz ni’ma (نِعْمَ) dan bi’sa (بِئسَ) seperti contoh; نعم الرجلُ أبو طالب و بئس الرجلُ أبو لَهب adapun lafadz أبو dari kedua contoh ini adalah khobarnya mubtada’ yang dibuang, kira-kiranya adalah هُوَ.

Ketika asalnya mubtada’ berupa na’at maka diputus dari sifat kena’atannya selama menunjukkan makna memuji, mencela ataupun kasih sayang. Seperti contoh; خُذْ بِيَدِ زُهَيرٍ الكريمُ و دَعْ مجالسةَ فلانٍ اللئيمُ و أَحْسِنْ الي فلانٍ المسكينُMaka mubtada’ wajib dibuang dalam semua contoh ini. kira-kiranya ialah; هُوالكريمُ وهُوَ اللئيمُ وهُو المسكينُ .

Sesungguhnya hukum asal dalam mubtada’ adalah mendahulukannya dan mengakhirkan khobar, dan sekali tempo berlaku kebalikannya yakni wajib mendahulukan khobar dan mengakhirkan mubtada’.

Baca Juga : Tashrif Lughawi dan Istilahi

PEMBAGIAN MUBTADA’

Mubtada’ itu ada tiga bagian, antara lain:

Mubtada’ yang shorih (jelas) atau isim dzohir, seperti contoh; الكريمُ محبوبٌ .

Mubtada’ dhomir munfashil, seperti contoh; اَنتَ مُجْتَهِدٌ .

Mubtada’ yang dita’wil dengan mashdar, seperti contoh; وأن تَصُوْمُوا خَيرٌلكُم adapun ta’wilannya adalah; صَومُكُم خير لكم maka adanya fi’il yang berupa lafadz تَصُوْمُوا dikira-kirakan dalam bentuk mashdarnya menjadi صَومُكُم yang berkedudukan rofa’ karena menjadi mubtada’.

Hukum Khabar

Para ahli nahwu menyebutkan hukum dari pada khabar adalah sebagai berikut:

1. Wajib merafa’ (memberi harakah dhamma) khabar, penyebab khabar itu marfu’adalah mubtada , contohnya (أنت كريم) Karim adalah khabar marfu’disebabkan oleh mubtada. Contoh lain (والصلح خير) Khair khabar mubtada marfu’.

2. Khabar pada dasarnya haruslah nakirah, contohnya (محمد فاضل) fadhil adalah nakirah dan ia khabar mubtada.

3. Khabar haruslah disesuaikan atau ikut kepada mubtada dari segi tunggalnya atau tasniyah (bentuk duanya) ataupun jamak, contoh (الطالب متفوق), (الطالبان متفوقان), dan (الطلاب متفوقون).

4. Boleh menghilangkan khabarnya apabila ada dalil yang menunjukkan kepadanya, dan masalah ini nanti akan dibahas pada pembahasannya.

5. Wajib menghilangkan khabarnya, masalh ini pun akan dibahas nanti pada pembahasannya.

6. Khabar boleh banyak dan

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh tiwianshori12 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 18 Jul 21