Berikut ini adalah pertanyaan dari slankermania215 pada mata pelajaran B. Arab untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Langkah pertama yang di ambil oleh Al-Banjari sesampai di Martapura yaitu mendidik kader ulama, khususnya di lingkungan keluarganya sendiri.
Penjelasan:
Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan seorang ulama fikih Mazhab Syafi'i yang besar dan berpengaruh dalam sejarah perkembangan Islam khususnya di Kalimantan. Beliau dilahirkan di Lok Gabang pada tanggal 17 Maret 1710 dan wafat di Dalam Pagar pada tanggal 3 Oktober 1812, pada umur 102 tahun. Beliau mendapat julukan Haji Besar dan Datu Kalampaian.
Syekh Muhammad Arsyad melewatkan masa kecilnya di desanya, Lok Gabang, Martapura, dengan memperlihatkan kecerdasan yang melebihi teman-teman sepermainannya. Beliau sangat pandai dalam seni lukis dan seni tulis sehingga ketika lukisannya dilihat oleh Sultan Banjar, Sultan Tahlilullah, Sultan memintanya untuk belajar di istana bersama anak-anak keluarga Sultan, pada saat beliau berusia 7 tahun.
Beliau menerima pendidikan di istana sampai berusia 30 tahun, dan kemudian dinikahkan dengan seorang wanita bersama Tuan Bajut. Pada saat istrinya mengandung anak pertama, Al-Banjari mempunyai keinginan untuk menuntut ilmu agama ke Tanah Suci Mekkah. Sultan Tahlilullah mendukung penuh keinginan ini dan menanggung semua biayanya.
Di Mekkah, guru beliau antara lain al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim, Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry, dan banyak lagi masyaikh terkemuka pada saat itu. Syekh Muhammad Arsyad juga menjalin persahabatan dengan sesama pelajar dari Indonesia seperti Syekh Abdul Wahab Bugis, Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi, dan Syekh Abdussamad al-Falimbani. Mereka berempat dikenal sebagai "Empat Serangkai dari Tanah Jawi".
Setelah sekitar 35 tahun menuntut ilmu di Mekkah dan Madinah, mereka berempat mempunyai niat untuk menuntut ilmu ke Mesir. Namun guru mereka menyarankan agar keempat muridnya kembali ke Indonesia untuk berdakwah di wilayahnya masing-masing.
Pulanglah keempat putra Indonesia ini ke kampung halaman. Syekh Muhammad Arsyad sempat singgah di Betawi, kampung halaman Syekh Abdurrahman Misri, dan di sana beliau membetulkan arah kiblat Masjid Pekojan, Masjid Luar Batang dan Masjid Jembatan Lima.
Syekh Muhammad Arsyad tiba kembali di Martapura pada bulan Desember 1772, disambut meriah oleh Sultan dan rakyat. Hingga wafatnya, beliau mengabdikan diri membina masyarakat dan mengembangkan Islam di Banjar, dibantu oleh sahabat yang kemudian menjadi menantunya, Syekh Abdul Wahab Bugis.
Langkah pertama yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad setelah tiba di Martapura adalah membina kader ulama, terutama di lingkungan keluarganya sendiri. Beliau meminta sebidang tanah kepada Sultan untuk tempat tinggal, tempat pendidikan dan pusat pengembangan Islam, Sultan mengabulkannya, dan memberikan sebidang tanah kosong yang merupakan hutan. Syekh Muhammad Arsyad kemudian menjadikan tanah tersebut sebagai perkampungan dengan rumah, tempat pengajian, perpustakaan, dan asrama santri. Pesantren ini kemudian didatangi banyak santri dari berbagai daerah, dan dikenal sebagai "Pagar Dalam".
Di samping pengajian dan pendidikan pesantren, Syekh Muhammad Arsyad juga gigih melakukan dakwah langsung di tengah masyarakat, yang mendapat sambutan positif sehingga semangat keagamaan tumbuh subur dan pengajian makin ramai dikunjungi orang.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh wiwiddarlinda26 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sat, 03 Jul 21