Jawaban:

Saya mondok di salah satu pondok pesantren mahasiswa di Semarang, Keseharian kami adalah bangun tidur, jamaah, ngaji, antre mandi, makan, sekolah, sampai ngaji lagi, sampai jamaah lagi.

Momen yang saya paling ingat adalah saat saya makan makanan dari pesantren.

Santri/santriwati biasanya membayar kos makan tiap satu bulan untuk sehari dua kali, pagi dan sore. Yang bertugas memasak adalah kang-kang santri putra (5–6 orang) dan 2 mbak-mbak santri putri. Setiap harinya mereka harus memasak untuk kurang lebih 250 porsi sehari dua kali, dan jangan lupakan kalau mereka juga mahasiswa yang harus kuliah dan santri yang harus jamaah dan mengaji. tetapi mereka dibebaskan dari biaya kos makan. Hebat banget ga sih

Nah, biaya kos makan yang harus kami bayar sebulannya adalah 125 ribu. Bayangkan, 125 ribu rupiah, tahun 2014–2017, di Semarang, dapet makan 2x sehari selama satu bulan. Ya Allah murahnya kebangetan.

Karena itu juga kali ya, kami ga pernah sekalipun dapat lauk ayam, paling mewah adalah ikan pindang, bakwan udang, dan bakwan jagung, itupun banyak tepungnya.

Kalau lagi biasa, ya paling telor yg dicampur tepung dan air, Didadar tipis, dan dipotong2. Hmmmmmmm

Kadang sayur tahu dan kerupuk.

Kalau lagi masak oseng kangkung, bahkan rumput-rumputnya pun ikut dimasak.

Dan sialnya saya sering ga sengaja makan rumput itu :(

Karena itu, setiap menu punya julukannya sendiri, menu oseng kangkung dijuluki rumput, sayur tahu dijuluki spongebob :(

Rumputnya itu rasanya bener bener seperti rumput, teksturnya itu ya seperti rumput

tapi its okay, saya sering merasa geli kalau diingat-ingat dan kadang juga kangen sm masakan kang-kangnya. Duh, apa kabar ya mereka semua?

Pasti sekarang mereka juga sudah tergantikan posisinya jadi chef di pondok, hehe

Penjelasan:

itu suih pengalaman sy