Berikut ini adalah pertanyaan dari nananafis99 pada mata pelajaran PPKn untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Dalam Al Qur-an memang tidak ditemukan kata siyasah (politik) secara harfiah, tetapi para penafsir awal seperti Mujahid ketika menafsirkan rabbaniyuun (QS. Ali Imran; 79) berkata: "Mereka (rabbaniyun) itu lebih tinggi dari pendeta-pendeta (rahib), sebab pendeta-pendeta itu adalah ulama, sedangkan rabbaniyun adalah mereka yang memadukan kedalaman ilmu dan fiqh, pandangan siyasah dan pengaturan, penegakan urusan-urusan rakyat dan apa-apa yang memperbaiki mereka dalam kehidupan dunia dan agama mereka." (Thabary III : 325).
Birahi Berkuasa
Dunia mengakui bahwa Indonesia merupakan negera berpenduduk muslim terbesar di dunia yang memiliki banyak organisasi kemasyarkatan dan atau partai politik berbasiskan islam. Namun sayangnya, harus pula diakui bahwa praktek berpolitik negeri ini dipenuhi oleh berbagai tingkah laku manusia yang membawa hawa nafsu sebagai tuhan.
Inilah yang kemudian membawa sejarah kepada fenomena bahwa kebanyakan gerakan politik pada akhirnya berujung pada nafsu untuk memiliki kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan itu.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah menegur gubernur Mesir karena ia akan membebani mualaf dengan beban-beban yang tidak memiliki landasan dalam ajaran Islam. Khalifah mengatakan kepada gubernur tersebut: "Jelek sekali pemikiranmu! Sesungguhnya Allah mengutus Muhammad untuk memberi petunjuk bukan untuk mengumpulkan harta kekayaan!"
Cara-cara menggalang kekuatan politik diwarnai oleh kelicikan dan kekerasan sehingga fenomena pembunuhan terhadap pimpinan negara menjadi sangat biasa terjadi dalam panggung sejarah. Para penguasa berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan segala cara, sebaliknya para pencari kekuasaan juga berusaha merebut kekuasaan dengan segala cara.
Di dunia politik biasa pula terdengar pula ungkapan "power tends to corrupt", kekuasaan itu cenderung membuat manusia berlaku culas, curang, menghimpun kekayaan dengan melanggar berbagai aturan dan kesepakatan. Dalam pembahasan-pembahasan politik muncul pula istilah “machievelis” untuk menunjuk kepada politik dengan berbagai dimensi kekotorannya.
Alergi Politik
Akibat dari kesan besar ini tidak sedikit dari kita yang alergi politik, kemudian menjauhkan kehidupan politik seraya menatap rendah orang-orang yang terjun ke dalam dunia politik. Jika seorang ulama terjun ke dunia politik seolah-olah ia telah menanggalkan keulamaannya dan bahkan ummatnya.
Bahkan beberapa kelompok gerakan Islam mengharamkan seluruh aktivitas politik dan mereka cenderung mengkhususkan diri terjun ke dunia yang disebutnya sebagai dunia "sosial" atau hanya akan mengurusi dunia "dakwah (dalam pengertian yang sempit)" semata.
Menghindari politik, dalam berbagai maknanya, adalah sebuah kesalahan besar. Syaikh Musthafa Masyhur dengan tegas mengatakan: "Salah satu kewajiban kita adalah mengingatkan betapa besarnya dosa – terhadap Islam – yang diperbuat oleh sekelompok orang yang tampil dan bergerak di bidang da’wah, mengemukakan satu aspek saja dari Islam, dan melupakan aspek lainnya dengan sengaja atau tidak, karena kebodohannya terhadap karakteristik Islam atau karena mengelakkan tekanan dari pihak penguasa, atau memang mereka berniat jahat. Perbuatan semacam itu pada umumnya dilakukan oleh beberapa kelompok kaum muslimin yang telah menjadi boneka kuffar dan musuh-musuh Islam".
Mewujudkan Politik Bermoral
Mereka yang alergi politik dan berpolitik itu mempertanyakan, bagaimanakah akhlaq politik Islam dapat diterapkan jika sistem yang mendasari politik dalam suatu negara saja sudah (dianggap) bertentangan dengan ajaran Islam, seperti sistem demokrasi yang berasal dari masyarakat Barat yang sekuler?
Bagaimanakah akhlaq Islam akan dapat diwujudkan dalam politik apabila aturan-aturan mainnya saja ditentukan oleh mereka yang tidak menghargai bahkan memusuhi ajaran Islam?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, Dr. Hidayat Nur Wahid, mantan Ketua MPR RI periode 2004-2009 silam, menguraikan empat jawaban fundamental.
Pertama, Rasulullah SAW sendiri memulai dakwahnya dengan terjun dan berinteraksi langsung dengan masyarakat Quraisy jahiliyah yang jelas-jelas segala aturannya tidak didasarkan pada nilai-nilai ajaran Allah SWT.
Memang masih tertinggal beberapa ajaran dari Nabi Ibarahim di Makkah, tetapi telah terkontaminasi oleh ajaran jahiliyah bangsa Quraisy yang kembali menyembah berhala. Dalam fase Makkiyah yang berlangsung selama dua belas tahun Rasulullah SAW dapat menunjukkan citra dirinya sebagai seorang muslim sehingga, meskipun terdapat permusuhan yang keras, orang-orang kafir Quraisy tetap menghargai dan mengakui kepribadian beliau yang baik.
Kedua, pada kenyataannya politik Islam sepanjang sejarah telah berlangsung sebagian besarnya dalam kondisi yang tidak ideal, kecuali hanya pada masa Rasulullah SAW dan khalifah yang empat.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh marcellinobw dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 03 Jan 22