21. Suatu ketika, datanglah seorang pengembara mendatangi seorang pertapa di tepi telaga. Langkahpengembara itu tampak gontai, karena dirundung hati yang gundah. “Pak tua, hatiku resah tak menentu.”
keluhnya pada pertapa itu. Pertapa tua itu tidak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya mengambil
segenggam garam dan secawan air. Pertapa itu memasukkan garam itu ke dalam cawan lalu mengaduknya.
Ia meminumkan air itu kepada pengembara itu. “Bah, asin sekali air ini!” teriaknya. Kemudian, pertapa itu
mengambil lagi segenggam garam, dan menaburkannya ke tengah telaga dan meminumkannya kepada
pengembara itu. “Airnya sudah tidak terasa asin lagi,” gumam pengembara tersebut. “Aku harus berlapang
hati ketika tertimpa musibah, agar musibah tidak terasa menyakitkan.” kata pengembara dalam hati.
Watak Pertapa pada cuplikan cerita tersebut adalah ....
A. tegas
B. cerdik
C. penyayang
D. pendiam
22. Bujang Trindil pembantu setia Dang Anggana mengikuti sayembara. Ia segera pergi mencari obat. Ia berjalan
mendaki gunung tingggi dan menjelajah hutan belantara. Karena lelah, ia tertidur di bawah pohon rindang
dan bermimpi. Dalam mimpi itu, ia disuruh membuat sumur. Sumur itu akan mengeluarkan air panas sebagai
sarana menyembuhkan Putri Arum. Ketika terbangun, Bujang Trindil segera melakukan seperti dalam
mimpinya. Keajaiban terjadi. Setelah Putri Arum mandi dengan air sumur itu, penyakit kulitnya lenyap.
Akhirnya, Bujang Trindil mendapatkan hadiah. Namun, hadiah itu ia serahkan kepada tuannya, Dang
Anggana. Menikahlah Dang Anggana dengan sang Putri Arum. Bujang Trindil merasa lega dan bahagia.
Kesimpulan cerita tersebut adalah ....
A. Putrid Arum sembuh dari penyakit yang dideritanya
B. Bujang Trindil berhasil membuat sumur dari petunjuk mimpinya
C. Dang Anggana menikah dengan Putri Arum karena jasa Bujang Trindil.
D. Bujang Trindil menjadi pembantu setia Dang Anggana